Natural resources abound in Indonesia, especially for its marine products. Fish and other fisheries products are valuable and commonly utilized commodities. Sipuncula is an additional valuable resource. The peanut worm, or Sipuncula (Sipunculus nudus), is a controversial biota that looks like a worm but is actually a sea cucumber. This study aims to provide information on sipunculan (Sipunculus nudus) and determine the nutritional content of the food in Budo Village. The plan for this investigation is to search at low tide in the sipunculan. 82% moisture content, 0.74% ash content, 12.8% protein, 1.56% fat, and 2.3% carbohydrate were the findings of this experiment. Keywords: Sipunculan, Fresh, Proximate, Budo Village Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, terutama untuk hasil lautnya. Hasil perikanan seperti ikan termasuk dalam komoditi penting yang sering dimanfaatkan. Sumber daya lainnya yang dapat dimanfaatkan yaitu Sipuncula. Sipuncula (Sipunculus nudus) atau cacing kacang merupakan biota kontroversi memiliki bentuk seperti cacing dan juga teripang. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kandungan gizi dari sipunculan yang ada di Desa Budo serta dapat memberikan informasi terhadap kandungan nutrisi sipunculan (Sipunculus nudus). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sipunculan dicari pada saat air surut. Hasil penelitian yang didapatkan dalam penelitian ini kadar air 82%, kadar abu 0,74%, Protein 12,8%, Lemak 1,56% dan Karbohidrat 2,3%. Kata kunci: Sipunculan, segar, Proksimat, Desa Budo
Kanker merupakan kondisi patologis yang menjadi salah satu utama penyebab kematian didunia. Selama beberapa dekade terakhir, langkah luar biasa telah dibuat untuk mengurangi insiden dan kematian kanker serviks dengan penerapan berbagai strategi pencegahan dan pengobatan. Tujuan penulisan artikel ilmiah untuk menemukan senyawa antikanker baru, yang sangat penting untuk pengobatan kanker dari rumput laut, karena rumput laut adalah salah satu produk laut sumber terbesar metabolit kimia aktif. Penelusuran literature menggunakan kata kunci, Sargassum sp, kanker serviks, HPV, obat antikanker serviks. Metode pengumpulan literature mengunakan elelectronic data base: PubMed, Web of Science, Science Direct, Elsevier, Springer Google and Google Scholar. Hasil yang diperoleh:, mekanisme senyawa antikanker melawan virus, aktifitas sitotoksik rumput laut melawan sel HeLa dan bebetapa jenis obat antikanker. Dapat disimpulkan bahwa Sargassum sp. mempunyai aktifitas sitotoksik melawan sel HeLa, sehingga dapat dijadikan sumber obat antikanker serviks. Rumput laut Sargassum sp. yang tumbuh melimpah di Indonesia dapat digunakan didalam pengobatan untuk menurunkan tingkat kasus dan kematian akibat kanker.
Provinsi Sulawesi Utara, memiliki beberapa potensi perikanan pelagis yang dapat menunjang perekonomian masyarakat perikanan, salah satu komoditas perikanan pelagis yang berpotensi yaitu ikan layang (Decapterus russelli), Ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak karena mengandung protein dan air yang cukup tinggi. Oleh karena itu ikan harus segera diolah untuk mencegah terjadinya kemunduran mutu. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya kerusakan pada ikan harus dilakukan pengawetan, teknik pengasapan ikan. Pengasapan merupakan salah satu cara pengolahan pangan yang telah lama dikenal sebagai salah satu tahapan dalam pengolahan produk pangan. Tujuan dari pengasapan ialah menghambat laju kerusakan produk, namun dalam perkembangan juga ditunjukan untuk memperoleh kenampakan tertentu pada produk asapan dan cita rasa asap pada bahan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses kemunduran mutu produk ikan layang asap cair selama perendaman dan lama penyimpanan suhu ruang berdasarkan nilai Ph, kadar air dan cemaran mikroba dengan menghitung nilai angka lempeng total (ALT), data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan dihitung nilai rata-ratanya, lalu dilanjutkan dengan uji ANOVA pada aplikasi SPSS. Hasil analisa ikan layang asap cair diperoleh nilai angka lempeng total 1.8 x 107 – 1.6 x 1010, kadar air 39.5% – 62.7%, dan stabilitas pH 5.78 – 7.1
Semi-refined carrageenan are a type of carrageeanan product that have a low level of purity because it still contains a small amount of selulose within the carageenan. The purpose of this study is to find out the effect of the concentration of both NaOH and KOH towards rendemen, and the physical and chemical charactheristic of semi refined carrageenan made from kappaphycus alvarezii seaweed, and also to minimize the use of chemical product on SRC production process. The method used in this study is steaming method. The results are the rendemen from NaOH is 10% and KOH 14%. This proves that the concentration of alkali affects the amount of rendemen. The higher the amount of alkali used, the higher the amount of rendemen obtained. Water content obtained from the NaOH samples are 3,75%; while those from the KOH samples are 5%. The ash content of semi-refined carrageenan obtain from NaOH samples are 55,42% and KOH are 55,27%. For the pH level on semi-refined carrageenan obtain from the NaOH samples are 8,06; and KOH are 8,69. The alkali concentration greatly affects the amount of rendemen that is obtained because a higher concentration of alkali during the alkalization process will result in higher pH level, therefore the extration ability of alkali are increased.
This research aims to describe the ecological, socio-economic, institutional, and infrastructural conditions. Primary data collection was carried out through direct observation in the field, measuring the potential of mangrove forests, observing biota, and conducting direct interviews with local communities and relevant stakeholders. Secondary data collection was conducted by gathering documents from previous studies/research, legislation, and other supporting data. Four types of mangroves were found: Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, and Avicennia marina. The highest species density was Rhizophora apiculata with 6.56 individuals/m², the highest species frequency was 1 for Rhizophora apiculata, the highest species coverage value was Sonneratia alba at 34.02, and the highest Importance Value Index (IVI) was Rhizophora apiculata at point 3 with a value of 226.98. The mangrove diversity index (H') was 2.66, indicating a moderate category and the highest evenness index was at point 2, with a value of 0.92. The Mangrove Tourism Suitability Index (IKW) value was 2.36, indicating a Suitable category. The mangrove area in Pinasungkulan Village can accommodate a 350 square meter mangrove tracking area. The Area Carrying Capacity (DDK) is 56 people per day, with an operational time of 8 working hours per day. The study on community perceptions regarding the benefits of the mangrove ecosystem and its potential to be developed as an ecotourism destination is very positive, and it is expected that this can improve the community's welfare in Pinasungkulan Village. Keywords: ecotourism, mangroves, carrying capacity, suitability, Pinasungkulan Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kondisi ekologi, sosial ekonomi, kelembagaan dan infrastruktur. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung (observasi) di lapangan, melalui pengukuran potensi hutan mangrove, pengamatan biota dan wawancara langsung dengan masyarakat lokal dan pihak terkait. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen hasil studi/penelitian, peraturan perundang-undangan dan data pendukung lainnya. Terdapat 4 jenis mangrove yang ditemukan yaitu Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Sonneratia alba dan Avicennia marina. Nilai kerapatan jenis tertinggi adalah Rhizophora apiculata yaitu 6,56 individu/m², frekuensi jenis tertinggi adalah 1 pada jenis Rhizophora apiculata, nilai penutupan jenis tertinggi Sonneratia alba yaitu 34,02, Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi jenis Rhizophora apiculata di titik 3 dengan nilai 226,98, indeks keanekaragaman mangrove H’= 2,66 dengan kategori sedang, indeks kemerataan tertinggi pada titik 2 yaitu 0,92. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) mangrove 2,36, menunjukkan kategori Sesuai. Kawasan mangrove Desa Pinasungkulan dapat dibangun tracking mangrove seluas 350 meter². Daya Dukung Kawasan (DDK) adalah 56 orang/hari dengan waktu operasional 8 jam kerja per hari. Kajian persepsi masyarakat tentang manfaat ekosistem mangrove dan potensinya untuk dikembangkan sebagai tujuan ekowisata sangat baik sehingga diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Pinasungkulan. Kata kunci: ekowisata, mangrove, daya dukung, kesesuaian, pinasungkulan
Sponges are key components of the benthic assemblages and play an important functional role in many ecosystems, especially in coral reefs. The Indonesian coral reefs, located within the so-called "coral triangle", are among the richest in the world. However, the knowledge of the diversity of sponges and several other marine taxa is far from being complete in the area. In spite of this great biodiversity, most of the information on Indonesian sponges is scattered in old and fragmented literature and comprehensive data about their diversity are still lacking. In this paper, we report the presence of 94 species recorded during different research campaigns mainly from the Marine Park of Bunaken, North Sulawesi. Six species are new for science and seven represent new records for the area. Several others are very poorly known species, sometimes recorded for the second time after their description. For most species, besides field data and detailed descriptions, pictures in vivo are included. Moreover, two new symbiotic sponge associations are described. This work aims to increase the basic knowledge of Indonesian sponge diversity as a prerequisite for monitoring and conservation of this valuable taxon.
Genes involved in sex determination and differentiation have been identified in mice, humans, chickens, reptiles, amphibians and teleost fishes. However, little is known of their functional conservation, and it is unclear whether there is a common set of genes shared by all vertebrates. Coelacanths, basal Sarcopterygians and unique “living fossils”, could help establish an inventory of the ancestral genes involved in these important developmental processes and provide insights into their components. In this study 33 genes from the genome of Latimeria chalumnae and from the liver and testis transcriptomes of Latimeria menadoensis, implicated in sex determination and differentiation, were identified and characterized and their expression levels measured. Interesting findings were obtained for GSDF, previously identified only in teleosts and now characterized for the first time in the sarcopterygian lineage; FGF9, which is not found in teleosts; and DMRT1, whose expression in adult gonads has recently been related to maintenance of sexual identity. The gene repertoire and testis-specific gene expression documented in coelacanths demonstrate a greater similarity to modern fishes and point to unexpected changes in the gene regulatory network governing sexual development.
Ikan Kakap Merah (Lutjanus sp) dikenal dengan nama Ikan Merah dan ikan Layang (Decapterus sp) yang dikenal dengan nama Malalugis di Sulawesi Utara termasuk jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi dan biasanya dipasarkan dalam bentuk segar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kadar air dan uji organoleptik ikan Kakap Merah dan ikan Layang segar yang dipasarkan di pasar Pinasungkulan Manado. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental, yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui atau mengungkapkan keterangan suatu fakta secara terperinci dan sistematis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air ikan Kakap Merah adalah 73,70%, sedangkan kadar air ikan Layang adalah 73,15%. Hasil uji organoleptik pada beberapa komponen seperti mata ikan Kakap Merah adalah 8,10, mata ikan Layang 7,77. Pada insang ikan Kakap Merah 7,69 dan insang ikan Layang 8,00. Pada daging dan perut ikan Kakap Merah 7,70, pada daging dan perut ikan Layang 7,85. Nilai bau ikan Kakap Merah yaitu 8,12 dan nilai bau ikan Layang yaitu 8,07. Nilai tekstur ikan Kakap Merah adalah 7,70 dan nilai tekstur ikan Layang yaitu 7,80. Berdasarkan hasil analisa kadar air dan uji organoleptik ikan Kakap Merah dan ikan Layang yang dijual di pasar Pinasungkulan Manado menunjukkan dalam keadaan yang masih baik yaitu tergolong segar. Kata kunci: Kakap Merah (Lutjanus sp), Layang (Decapterus sp), kadar air, organoleptik.