Karang famili Fungiidae merupakan karang yang masuk ordo Scleractinia yang hidup soliter dan bebas tidak melekat pada substrat dasar perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan jenis karang famili Fungiidae di perairan Desa Atowatu. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2019. Stasiun pengambilan data terdiri dari 3 stasiun penelitian. Penentuan stasiun menggunakan metode purposive sampling yaitu dengan memilih stasiun berdasarkan keberadaan karang famili Fungiidae di daerah reef flat dan reef slope. Pengambilan data kelimpahan karang Fungiidae menggunakan metode Belt transect, dengan panjang transect 70 x 2 m. Hasil penelitian keanekaragaman famili Fungiidae di perairan Desa Atowatu terdiri dari 8 genus, 22 spesies, dan 1300 individu dengan genus fungia yang medominasi hasil penelitian. Kelimpahan yang didapatkan pada daerah reef flat tertinggi pada stasiun I (2.39 individu/m2) kemudian disusul stasiun III (2.25 individu/m2) dan yang terendah stasiun II (1.83 individu/m2). Daerah reef slope tertinggi didapatkan pada stasiun II (1.70 individu/m2) kemudian disusul stasiun I (1.67 individu/m2) dan terendah stasiun III (1.00 individu/m2). Rata-rata kelimpahan famili Fungiidae sebesar 2,16 individu/m2 pada daerah reef flat dan reef slope sebesar 1,45 individu/m2. Keanekaragaman dan kelimpahan famili Fungiidae dominan di zona reef flat dibandingkan reef slope.Kata kunci : Keanekaragaman, Kelimpahan, Karang Fungiidae, Reef flat, Reef slope
Zooxanthellae merupakan mikroalga yang berperan penting bagi pertumbuhan karang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui densitas zooxanthellae karang foliose pada 3 zona terumbu karang yang berbeda (reef flat, reef crest, reef slope) di Perairan Waworaha kecamatan soropia, Konawe. Pengambilan data telah dilakukan pada April sampai Mei 2017 melalui dua tahapan yaitu pengambilan sampel jaringan karang foliose di perairan dan perhitungan zooxanthellae di laboratorium.. Pengambilan sampel karang foliose dilakukan dengan metode koleksi bebas (free handpicking) dengan mengunakan alat SCUBA sedangkan analisisi densitas zooxanthellae dilakukan dengan metode homogenisasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa densitas zooxanthellae karang foliose di lokasi penelitian rata-rata sebesar 5.1x 106 sel/cm2. Densitas zooxanthellae berdasarkan zona terumbu karang di Perairan Waworaha tercatat paling tinggi pada zona reef flat (7.7 x 106 sel/cm2) diikuti zona reef crest (4.5 x 106 sel/cm2) dan yang terendah berada pada zona reef slope (3.2 x 106 sel/cm2). Perbedaan densitas zooxanthellae pada karang foliose lebih dipengaruhi oleh perbedaan intensitas cahaya.Kata kunci : Densitas zooxanthellae, karang foliose, Perairan Waworaha, zona terumbu karang
Anemon merupakan salah satu hewan laut dari filum Cnidaria atau Coelenterata yang sering dimanfaatkan sebagai penghias akuarium dan sumber makanan bagi masyarakat pesisir Wakatobi. Berdasarkan literature, anemon telah berhasil di identifikasi sebanyak 12 jenis tersebar di seluruh dunia, 10 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengetahui keanekaragaman dan kelimpahan anemon pada daerah terumbu karang di perairan Desa Kasuari, Wakatobi. Pengumpulan data dilaksanakan selama 2 bulan yaitu Februari – Maret 2020. Metode pengumpulan data menggunakan metode belt transect yaitu dengan luas 200m² dengan 3 kali ulangan untuk mewakili area reef flat dan reef slope. Jenis anemon yang ditemukan di perairan Desa Kaswari yaitu Heteractis crispa dan Heteractis malu. Kelimpahan anemon di perairan Desa Kaswari pada stasiun Reef Flat adalah 0,045 individu/m² sedangkan pada stasiun Reef Slope adalah 0,065 individu/m². Hasil Uji-T diperoleh nilai t-hitung (-2.000) ≤ t-tabel (2.776). Artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara nilai rata-rata individu anemon pada daerah reef flat dan reef slope meskipun berada pada zona terumbu karang yang berbeda.Kata Kunci: Kelimpahan anemon, Terumbu karang, Kaswari.
Karang lunak merupakan salah satu jenis biota laut yang menjanjikan di bidang farmakologis. Selain itu, bentuknya yang menarik dan warnanya yang indah dapat dijadikan sebagai karang hias aquarium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman, kepadatan, dan potensi karang lunak. Pengambilan data karang lunak dilakukan pada Bulan Maret 2019 di Perairan Desa Buton. Metode pengambilan data karang lunak dilakukan pada 3 stasiun yang berlokasi di zona reef flat dan reef slope. Data karang lunak diperoleh dengan metode belt transect dengan luas area pengamatan 120 m2. Potensi karang lunak dianalisis secara deskriptif dengan mencocokkan jenis soft coral yang ditemukan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman karang lunak yang ditemukan terdiri dari 6 famili, 10 genera, 14 jenis, dan 192 individu. Genera yang dominan ditemukan meliputi Sarcophyton, Sinularia, Isis, dan Klyxum. Kepadatan karang lunak yang diperoleh berkisar 0,342-0,683 ind./m2 dengan kepadatan tertinggi terdapat di zona reef slope Semua jenis karang lunak yang ditemukan di lokasi penelitian berpotensi di bidang farmakologis dan karang hias. Potensi terbesar adalah sebagai anti tumor, anti bakteri, dan karang hias aquarium. Diperlukan penelitian lebih lanjut potensi karang lunak khususnya dari aspek mikrobiologi untuk melihat senyawa bioaktifnya.Kata Kunci: karang lunak, keanekaragaman, kepadatan, potensi, Perairan Desa Buton
Diseases of coral reef organisms have become a global threat to coral reefs and a major cause of reef deterioration. The presence of coral diseases influence marine resources productivity that interact with coral reefs. The purpose of this research is to identify coral disease types and prevalence which include coral health compromiser. Data collection was done by using 40 m2 belt transects at three observation stations. The result showed that the White Syndrome (WS), Bleaching, Ulcerative White Spot (UWS), Skeleton Eroding Band (SEB), White Patch (WP), and Non Focal Bleaching were found at research sites, while the coral health compromisers were Sediment damage, fish bite, invertebrate galls, flatworm infestation, and pigmentation response. In addition disease of White Syndrome (WS), Bleaching, and Ulcerative White Spot (UWS) were the main disease with prevalence of disease is approximately 4%, while the others were lower than 1%. Overall the prevalence of diseases (14,52%) is higher than compromise health (13,98%). A total of 186 coral colonies observed with 27 colonies were affected by diseases. Meanwhile, the waters quality (salinity, pH, and nitrate) were below the threshold quality standards for marine aquatic animal and not supported of coral organism was presume organisms against pathogens bacterial. Although the prevalence of coral disease is still in normal condition but the decrease of water quality can lead the risk. Good management is required from local government to improve the water quality especially from terrestrial impact.
Rekruitmen karang merupakan bagian penting dalam proses pemulihan terumbu karang di perairan. Tingkat rekruitmen karang diketahui sebagai salah satu mekanisme kunci yang memungkinkan terumbu karang melakukan pemulihan setelah terjadinya gangguan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan rekruitmen karang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus 2017 pada 4 (empat) titik stasiun penelitian. Pengambilan data rekruitmen karang dilakukan dengan metode transek kuadrat 1x1 m sebanyak 5 (lima) kali ulangan mengunakan alat bantu SCUBA. Terumbu karang yang diamati adalah karang muda yang berukuran dengan panjang maksimal 5 cm atau disebut karang muda. Hasil Penelitian menunjukan bahwa rata-rata kelimpahan rekruitmen karang di lokasi penelitian secara umum sebesar 2,1 koloni/m². Kelimpahan terendah adalah 0,35 koloni/m² terdapat pada stasiun I dan tertinggi adalah 2,6 koloni/m² terdapat pada stasiun IV. Adanya perbedaan kelimpahan tersebut dikarenakan karakteristik habitat dan substrat dasar perairan pada tiap lokasi penelitian yang berbeda. Rekruitmen karang paling banyak dijumpai pada substrat rubble atau pecahan karang mati, tipe substrat ini terdapat pada stasiun II dan stasiun IV. Pecahan karang mati menjadi habitat paling cocok untuk pertumbuhan koloni baru, karena menyediakan biofilm dan perlindungan dari predator serta kondisi yang ekstrem.Kata kunci : Karang Muda, Pulau Hari, Rekruitmen.
Gelombang laut merupakan salah satu parameter oseanografi. Gelombang yang dibangkitkan oleh angin merupakan gelombang yang paling dominan terjadi di permukaan laut. Keberadaan gelombang laut di permukaan memengaruhi hampir semua kegiatan di laut misalnya alur pelayaran, operasi pelabuhan, pengeboran minyak, sarana olahraga, penangkapan ikan, desain bangunan pelabuhan serta menentukan transport sedimen yang terjadi di pantai dan perubahan garis pantai. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik gelombang laut (tinggi gelombang signifikan dan maksimum). Penelitian ini menggunakan data berupa arah dan kecepatan angin selama 5 tahun (2015-2019) yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maritim Kelas II Kendari. Data angin dianalisis menggunakan software Wrplot versi 8.0.2 dan disajikan dalam bentuk mawar angin. Selanjutnya data angin dikonversi (peramalan) menjadi data gelombang menggunakan metode Sverdrup Munk Bretschneider (SMB). Hasil penelitian di Perairan Kendari dan sekitarnya angin bertiup dominan berasal dari Timur Laut dan Tenggara yaitu Perairan Menui dan Wawonii, yang terjadi pada musim Barat, musim Peralihan I, musim Timur dan musim Peralihan II dengan kecepatan angin dominan 6,10 m/s (12 knot). Hasil peramalan gelombang laut signifikan di Perairan Kendari dan sekitarnya berada pada rentang 0,73-0,96 m dan tinggi gelombang maksimum yaitu 2,73 m. Gelombang ekstrim terjadi pada musim Timur yaitu bulan Juni-Juli dari arah tenggara yakni perairan Wawonii.Kata Kunci: Angin, Gelombang lau, Perairan Kendari, SMB
Taman Laut Kima Toli-Toli merupakan kawasan taman laut yang dibentuk sejak awal tahun 2010 atas kepedulian masyarakat Desa Toli-Toli akan rusaknya kondisi perairan di desa tersebut. Masyarakat Desa Toli-Toli mentranslokasi beberapa jenis kima dari Perairan Labengki dan sekitarnya, sampai ke Kepulauan Menui hingga Kepulauan Banggai. Tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui status keberadaan kima berdasarkan keanekaragaman dan kepadatannya. Sebagai data pendukung, dilakukan perhitungan persentase penutupan terumbu karang di kawasan Taman Laut Kima Toli-Toli. Pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan Oktober 2020, dengan 2 titik stasiun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu belt transect seluas 100 m2 untuk pengambilan data keanekaragaman dan kepadatan kima, dan Line Intercept Transect (LIT) sepanjang 50 m untuk pengambilan data tutupan terumbu karang. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu keanekaragaman hayati kima yang ditemukan sebanyak 7 jenis, yaitu Tridacna derasa, T. maxima, T. crocea, T. squamosa, T. tevoroa, Hippopus hippopus dan H. porcellanus. Rata-rata kepadatan kima di lokasi pnelitian sebesar 0,33 ind/m2, dengan kepadatan tertinggi terdapat pada Stasiun I sebesar 0,41 ind/m2, dan kepadatan terendah terdapat pada Stasiun II sebesar 0,24 ind/m2. Data kepadatan jenis kima tertinggi ditemukan pada T. squamosa sebesar 0,16 ind/m2, dan kepadatan jenis kima terendah pada T. tevoroa sebesar 0,002 ind/m2. Rata-rata kondisi terumbu karang di kawasan Taman Laut Kima Toli-Toli tergolong sedang (45,20%), dimana persentase tutupan terumbu karang hidup pada Stasiun I sebesar 39,33% (kategori sedang) dan Stasiun II sebesar 51,06% (kategori baik). Data kepadatan kima dengan persentase tutupan terumbu karang pada penelitian ini tidak dapat dihubungkan, karena kima yang terdapat pada lokasi penelitian merupakan kima hasil translokasi.Kata Kunci: Desa Toli-Toli, Biodiversitas, Kepadatan, Kima, Terumbu Karang