Curcuma aeruginosa Roxb. is an Indonesian traditional medicinal plant of the Zingiberaceae family. C. aeruginosa is known to have anticancer activity, especially in the rhizomes. Despite many studies on the phytochemical content of this plant with antioxidant and anticancer activity, transcriptomic studies are still limited in terms of genetic information. I ran the first transcriptome of Curcuma aeruginosa using a paired-end Illumina NextSeq PE150 generating 12.8 GB of raw data. Raw reads have been filed with NCBI under project number PRJNA918644. This dataset allowed us to identify genes associated with biosynthetic pathways of anticancer drugs. Transcriptome data can also be used to develop new EST-SSR and SNP markers for use in plant breeding programs.
Empowerment of MSMEs is very strategic, because of its great potential in driving the economic activities of the community, and at the same time being the main source of income for the majority of the community in improving their welfare. MSME competence is important because it will increase MSME productivity and performance. One of the ways to increase the competence of SMEs is through learningPhilosophy of Education. The purpose of this research is toDescribe the role of educational philosophy in the development of human resources.
Kebutuhan papan kayu terus meningkat sehingga menyebabkan ketersediaan kayu hutan semakin menipis. Salah satu bahan yang bisa digunakan sebagai pengganti kayu adalah bambu yaitu dengan memanfaatkan seratnya untuk bahan pengisi papan partikel. Dalam pembuatan papan partikel dibutuhkan lem sebagai perekat dan salah satu alternatif untuk perekat ini dapat memanfaatkan plastik jenis Polyethlyne Terphtalate (PET). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari komposisi filler serat bambu dan plastik PET terhadap sifat fisik dan mekanis papan partikel.Pada penelitian ini di gunakan lima variasi komposisi berbeda antara filler serat bambu dan plastik PET yaitu 60:40, 50:50, 60:40, 70:30, dan 80:20. Pengujian sifat fisik meliputi uji kerapatan, uji kadar air, uji daya serap air, uji pengembangan tebal. Sedangkan pada pengujian sifat mekanis terdiri dari uji Modulus Of Repture (MOR), Modulus Of Elasticity (MOE), dan keteguhan rekat. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin tinggi komposisi filler serat bambu yang digunakan maka semakin rendah nilai kerapatan, keteguhan patah (MOR), keteguhan lentur (MOE), dan keteguhan rekat. Sifat mekanik papan partikel dilihat dari nilai keteguhan lentur (MOE) tidak memenuhi standar sebagai papan partikel struktural berdasarkan SNI 03-2015-2006.
The concept of green growth is one part of the realization of sustainable development. To support this mission, Indonesia is taking part in global change by accelerating the development programs contained in the SDGs. We need to study Green Growth (GG) which is determined by the empowerment of the energy sector such as Source of Electric Lighting (SEL), Renewable Energy Mix (REM), and Primary Energy Intensity (PEI) in Indonesia. Time-series data were analyzed using Ordinary Least Squares (OLS) modeling in the 2015-2024 period. The result, of the three targeted hypotheses, only two can be accepted which are explained by SEL and PEI have a positive effect on GG. In another exploration, one hypothesis that was rejected was that REM had a negative effect on GG. The implications of this study are brought to the attention of our findings that have raised important points, especially in the SDGs document on the energy sector. Keywords: Sustainability, Electric Lighting, Renewable Energy, Energy Intensity, Green Growth, Indonesia JEL Classifications: Q56, L94, Q42, Q43, O13 DOI: https://doi.org/10.32479/ijeep.11091
Abstract One of watershed health indicator is erosion hazard level. Erosion was defined as the loss of soil mass by natural media transported to another place. It was happened in anywhere of the earth surface. But vary from one place to others, depended on the situation of erosion factors condition. Erosion caused the loss of upper layer of soil which fertile and good for plant growth. Further effect caused shallow of water streams and rivers. This study conducted at Samamrinda, the main city of East Kalimantan Province. The aim of the study was to identify some places at Samarinda with varying level of erosion hazard and supply the erosion hazard level map of Samarinda. Result of the research was Samarinda consisted of 5 levels erosion hazard. They were very light cover 4,266 ha area, light 28,719 ha, moderate 26,879 ha, heavy 8,273 ha and very heavy 3,663 ha. While total area of Samarinda were 71,800 ha. Heavy and very heavy levels of hazard needed serous short term handling. It consist of 11,963 ha or took place 16.62% of total area. Key words: Erosion hazard, Geographic Information System (GIS), Map, Spatial data. ABSTRAK Salah satu indikator kesehatan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah tingkat bahaya erosi. Erosi didefinisikan sebagai hilangnya suatu massa tanah oleh media alami yang dipindahkan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Hal ini terjadi hampir di seluruh tempat di permukaan bumi. Meskipun demikian kondisinya berbeda-beda antara satu tempat dengan yang lainnya bergantung kepada kondisi faktor-faktor erosi. Erosi pada umumnya menyebabkan hilangnya lapisan tanah permukaan yang pada umumnya memiliki sifat yang subur dan cocok untuk pertumbuhan suatu tanaman. Akibat lebih lanjut adalah menyebabkan terjadinya pendangkalan saluran air dan sungai. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Samarinda sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Timur. Tujuan dari penelitian adalah mengidentifikasi tempat-tempat di Kota Samarinda yang memiliki tingkat bahaya erosi yang berbeda-beda dan menyediakan peta tingkat bahaya rosi Kota Samarinda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Samarinda memiliki 5 tingkat bahaya erosi yaitu sangat ringan meliputi areal seluas 4.266 ha, ringan 28.719 ha, sedang 26.879 ha, berat 8.273 ha dan sangat berat 3.663 ha. Sedangkan total luas Kota Samarinda 71.800 ha. Daerah dengan tingkat bahaya erosi berat dan sangat berat berjumlah 11.962 ha atau 16,62% dari total wilayah. Kata Kunci: Bahaya erosi, Sistem Informasi Geografis (SIG) Peta, Data spasial
Ditengah kemajuan dan perkembangan zaman sekarang ini, dunia industry outomotife menempati posisi yang sangat strategis, dalam hal, ini tidak terlepas dari konsumen yang banyak membutuhkan kendaraan roda empat (mobil), pada kendaraan roda empat ini tidak terlepas dari sistem yang bekerja pada mobil tersebut, mulai dari kerja mesin dan tak kala penting yaitu sistem pengereman yang baik, pada kendaraan apa saja rem merupakan komponen yang sangat pital untuk diperhatikan sistem kerjanya, karena kerusakan pada rem dapat menyebabkan masalah yang sangat pital bahkan dapat merenggut nyawa sekalipun.oleh karena itu rem perlu di perhatikan secara serius untuk menghindari dari kecelakaan.Dari hasil survey yang di lakukan dilapangan mekanik mendapatkan kesulitan jika rem tersebut sudah diperbaiki tetapi tidak bekerja dengan sempurna,sesuai dengan cara kerja sistem rem hidrolik type rem two-leading,sebenarnya tidak ada masalah tetapi terkadang kita lupah bahwa sistem rem yang menggunakan buster dan master rem dibagian atas ia mempunyai komponen yang terkadang oleh mekanik tidak di perhitungkan yaitu spring yang terdapat pada master atas, karena fungsi spring tersebut adalah untuk menekan fluida cair yang akan di kirim keseluruh roda, oleh karena itu peneliti akan mencoba membuktikan sejauh manah pengaruh spring (pegas)yang ada pada master silinder (silinder utama) di bagian atas terhadap fungsi rem hydrolik type two-leading ini. Karena didalam master tersebut terdapat dua bagian silinder dan didalamnya terdapat pegas untuk menekan seal yang mendorong fluida cair (oli) rem tersebut kesalurannya masing-masing,solusi yang akan di lakukan dalam penelitian ini adalah kita harus melakukan pengujian lelah dan compression terhadap spring (pegas) yang ada pada master utama tersebut, adapun metode yang akan digunakan adalah metode exsperiment dan analitik terhadap hasil pengujian laboratorium tersebut
Utilization of cocoa pod husk (CPH) as feedstuff needs pretreatment to increase its nutrients availability. Bioconversion with Phanerochaete chrysosporium changes its structure by breaking down the linkage between lignin and structural carbohydrates. This experiment was aimed to evaluate the quality of fermented CPH biomass as feed for goats. The experimental treatments i.e.: A= 30% of fresh napier grass (RG) + 50% of dried RG + 20% of concentrate; B= 30% of fresh RG + 30% of dried RG + 40% of concentrate; C= 30% of fresh RG + 30% of CPH + 40% of concentrate; D= 30% of fresh RG + 30% of fermented CPH + 40% of concentrate and E= 30% of fresh RG + 50% of fermented CPH + 20% of concentrate. The treatments were allocated in a randomized block design with three replications. Feed intake, body weight gain and ration efficiency were measured. The use of fermented CPH at the level of 30% had higher (P < 0.05) feed intake (560.33 g day-1), body weight gain (101.79 g head-1 day-1), and feed conversion (5.50) compared to other treatments. In conclusion that the use of 30% fermented CPH in the ration showed the best body weight gain and feed efficiency.