Very High-Frequency Oscillations (Over 1000 Hz) of Somatosensory-Evoked Potentials Directly Recorded From the Human Brain
Yuji SakuraKiyohito TeradaKeiko UsuiKoichi BabaNaotaka UsuiShuichi UmeokaMiyako YamaguchiKazumi MatsudaTakayasu TottoriTadahiro MiharaFumihiro NakamuraYushi Inoue
19
Citation
38
Reference
10
Related Paper
Citation Trend
Abstract:
The aims of this study were to record high-frequency oscillations (HFOs) associated with somatosensory-evoked potentials from subdural electrodes and to investigate their generators and clinical significance. Six patients who underwent long-term subdural electrode monitoring were studied. Somatosensory-evoked potentials were recorded directly from the subdural electrode after stimulation of the median nerve. Bandpass filter was 10 to 10,000 Hz for conventional somatosensory-evoked potential and 500 to 10,000 Hz for HFO. Three types of HFO were recorded. The first component was early HFO (407-926 Hz), which occurred before N20 peak. The second component was late HFO (408-909 Hz), which occurred after N20 peak. In addition, a novel component was recorded with a range from 1,235 to 2,632 Hz, and this component was termed very HFO. Early and late HFOs were recorded from relatively wide areas centering around the primary motor and primary sensory areas, whereas very HFO was localized around the primary sensory areas. In this study, at least three components of HFO could be identified. Only very HFO was localized around primary sensory areas, suggesting a possibility that very HFO may provide an effective method of identifying the central sulcus.Keywords:
Somatosensory evoked potential
Somatosensory evoked potential
Cite
Citations (1)
The long-term effects for the neural activities on somatosensory area caused by transcranial direct current stimulation (tDCS) have been showed with somatosensory evoked potentials (SEPs) and high frequency oscillations (HFOs) in animals and humans. This study investigates the relationship of SEPs with HFOs before and after applying cathodal tDCS (0, 15, 30, 45, 60 min) to human left somatosensory cortex for 15 min at 2 mA. The amplitudes of N20 and P30 evoked by right median nerve stimulation were slightly decreased after cathodal tDCS. Likewise, HFOs were affected by cathodal tDCS but there weren't steadily decrement during the entire HFO, the effects were oscillating depending on the peak of HFOs or the elapse time after tDCS. tDCS may leave the different influences between time- and location-dependent somatosensory processing.
Somatosensory evoked potential
Transcranial Direct Current Stimulation
Cite
Citations (0)
Somatosensory evoked potentials (SEPs) reflect the activity of somatosensory pathways mediated through the dorsal columns of the spinal cord and the specific somatosensory cortex. In this study we aimed to demonstrate the effects of physiologic parameters such as height, age and gender on N9, N13, N20 SEP components and the central conduction time (CCT) to median nerve stimulation in Turkish population. The results revealed a statistically significant correlation between height, gender and SEP latencies (p < 0.05 and p < 0.0005 respectively) whereas no significant age related changes was found in SEPs. In all groups CCT was not influenced by these parameters.
Somatosensory evoked potential
Cite
Citations (4)
Cite
Citations (165)
Uraian pekerjaan (job description) adalah pernyataan faktual dan terorganisasi tentang kewajiban dan tanggung jawab dari pekerjaan tertentu. Uraian pekerjaan ini penting bagi karyawan untuk digunakan sebagai standar
fungsi yang menggambarkan apa yang harus dilakukan, bagaimma melakukannya dan mengapa dilakukan. Denqan uraian pekerjaan ini diharapkan agar para karyawan lebih memahami aspek-aspek yang terkandung dalam pekerjaan mereka sehingga kinerja yang akan dihasilkan menjadi lebih baik. Pada penelitian ini yang ingin dilihat adalah pengaruh uraian pekerjaan terhadap kinerja karyawan yang nantinya akan membandingkan kinerja yang diperoleh sebelum diterapkannya uraian pekerjaan dengan kinerja sesudah diterapkannya uraian pekerjaan. Untuk mengetahui kinerja para karyawan tersebut kita memerlukan adanya suatu penilaian kinerja penilaian kinerja ini dibutuhkan sebagai catatan atau data-data yang diperoleh dari hasil kerja seorang karyawan selama suatu periode waktu tertentu. Untuk pembuatan penilaian kinerja ini maka aspek yang dibutuhkan sebagai acuan adalah uraian pekerjaan. Partisipan penelitian adalah karyawan PT. Raperind Motor divisi mekanik yang berjumlah 17 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara angket dan observasi untuk pembuatan uraian pekerjaan, rating scale untuk penilaian kinerjanya sedangkan tehnik analisis datanya adalah uji t-test. Setelah diuji dengan hasil uji t-student, hasil perhitungan menunjukkan bahwa ada perbedaa antara kinerja sebelum diberikannya uraian pekerjaan dengan kinerja sesudah diberikannya uraian pekerjaan (t=5,895; p(0,000)<0,01). Hal ini berarti bahwa kinerja sesudah diberikan uraian pekerjaan jauh meningkat daripada kinerja sebelum diberikannya uraian pekerjaan, karena dengan uraian
pekerjaan bisa membantu para pegawai melaksanakan tugas dan tanggung jawab, juga membantu mengerti tentang batas-batas kewenangan yang dimiliki sehingga mereka bisa berkonsentrasi dengan pekerjaan mereka dengan demikian kinerja yang dihasilkan juga meningkat. Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan dua orang penilai untuk melakukan penilaian kinerja, hal ini adalah untuk mengurangi unsur subjektifitas.
Cite
Citations (0)
PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto Factory perusahaan yang bergerak dibidang industri yang menghasilkan produk berupa makanan, dalam proses produksinya selalu mengalami adanya produk yang tidak sesuai dengan standar yang ditentukan oleh perusahaan. Dalam hal ini adalah adanya produk rusak. Penyebab terjadinya produk rusak yaitu adanya keterbatasan kemampuan mesin terhadap pelaksanaan proses produksi. Produk rusak mengakibatkan kenaikan biaya produksi atau harga pokok produk, karena itu tidak boleh dipandang sebagai masalah kecil.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi produk rusak pada PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto Factory. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk menggambarkan perlakuan akuntansi produk rusak. Data diperoleh melalui observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Ajinomoto Indonesia Mojokerto Factory didapati adanya produk rusak yang bersifat normal laku dijual, produk rusak bersifat normal tidak laku dijual, produk rusak bersifat abnormal laku dijual, dan produk rusak bersifat abnormal tidak laku dijual. Perlakuan akuntansi terhadap produk rusak yaitu perusahaan memperlakukan produknya untuk dikembalikan ke proses awal untuk diproduksi kembali, dan produk rusak yang laku dijual yaitu hasil penjualan dari produk rusak tersebut dianggap sebagai pendapatan lain-lain. Saran yang dapat disampaikan oleh peneliti ialah perusahaan harus melakukan pengecekan rutin pada mesin agar dapat meminimalisir terjadinya produk rusak.
Kata kunci: Perlakuan akuntansi, Produk rusak
Cite
Citations (0)
Somatosensory evoked potential
Functional organization
Dorsal column nuclei
Sensory stimulation therapy
Cite
Citations (129)
Angin merupakan sumber energi yang sangat melimpah yang merupakan
sumber energi terbarukan. Salah satu bentuk memanfaatkan energi angin adalah
dengan menggunakan turbin angin. Namun, komponen pada turbin angin sering
mengalami kerusakan, salah satunya kerusakan yang terjadi pada bantalan. Peran
bantalan sangat penting dalam menjaga performa pada sebuah mesin. Bantalan
yang rusak akan berdampak pada penurunan kinerja dari kincir angin. Penelitian
deteksi rusak bantalan sudah banyak dilakukan pada mesin-mesin rotary,
sedangkan deteksi rusak bantalan pada kincir angin masih sangat minim
dilakukan. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi
rusak bantalan secara dini pada kincir angin menggunakan analisis getaran dengan
menerapkan fitur spektrum frekuensi dan analisis envelope.
Penelitian ini menggunakan bantalan kondisi normal dan bantalan rusak
jamak (multi-faults) yang dirusak secara sengaja dengan ukuran rusak kedalaman
(deep) bantalan sebesar 2 mm dan rusak pada lebar bantalan sebesar 0.7 mm.
Rusak jamak (multi-faults) yaitu rusak pada lintasan luar dan lintasan dalam yang
dirusak secara bersamaan dan deteksi rusak bantalan dilakukan menggunakan
analisis spektrum envelope. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan motor
penggerak sebagai simulasi angin dengan kecepatan poros 1200 RPM. Bantalan
yang digunakan adalah Self Aligning Double Row, Merk TAM, Seri 1208K .
Spektrum frekuensi tidak menunjukan amplitudo frekuensi rusak pada
bantalan, akan tetapi ada amplitudo frekuensi tinggi dari kecepatan putar poros.
Spektrum frekuensi pada rusak bantalan menunjukan adanya frekuensi rusak
bantalan lintasan luar dan lintasan dalam yang di ikuti 1X sampai 3X
harmoniknya. Akan tetapi, amplitudo frekuensi rusak bantalan masih rendah dan
tertutupi oleh frekuensi komponen lain. Metode envelope dapat mengekstrak
impak dengan energi yang sangat rendah dan memunculkan amplitudo frekuensi
rusak pada bantalan. Sehingga, identifikasi rusak bantalan akan terlihat sangat
jelas dengan munculnya frekuensi dari rusak bantalan lintasan luar dan dalam
yang di ikuti 1X sampai 3X harmoniknya.
Cite
Citations (0)