Pengaruh jenis sambungan balok laminasi galar dan bilah bambu petung terhadap keruntuhan geser

2005 
Kebutuhan akan kayu sebagai bahan konstruksi yang semakin meningkat tidak seimbang dengan tersedianya bahan baku yang memadai, sehingga pemanfaatan bambu sebagai alternatif pengganti kayu harus lebih dioptimalkan. Salah satu upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan bambu yaitu dengan teknik laminasi, sehingga dengan cara ini dapat diperoleh balok laminasi sesuai dengan dimensi yang diinginkan. Akan tetapi, pemakaian sambungan sulit dihindarkan pada struktur bentang panjang sehingga perlu untuk mencari jenis sambungan yang paling optimum untuk digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari jenis sambungan yang paling optimum antara sambungan jari (finger joint) dengan sambungan miring (scarf joint). Bambu yang digunakan adalah bambu petung yang dibentuk berupa galar maupun bilah. Benda uji terdiri 3 variasi dari bahan galar dan bahan bilah. Variasi meliputi balok tanpa sambungan dari bahan galar (BLP-G) dan bilah (BLP-B), balok dengan sambungan jari dari bahan galar (BLP-GJ) dan bilah (BLP-BJ), serta balok dengan sambungan miring dari bahan galar (BLP-GM) dan bilah (BLP-BM). Untuk memperoleh hasil yang lebih teliti, maka setiap variasi dibuat 3 benda uji. Aplikasi sambungan pada balok laminasi memberikan pengaruh terhadap penurunan kekuatan balok bahan galar dan bilah. Penurunan kekuatan balok masing-masing sebesar 18% (BLP-GJ), 38 % (BLP-BJ), 66% (BLP-GM) dan 49% (BLP-BM). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa balok BLP-GJ dan BLPBJ memiliki kekuatan dalam memikul beban yang lebih tinggi dibandingkan balok BLP-GM dan BLP-BM. Hal ini disebabkan aplikasi sambungan jari memiliki sifat saling mengunci dibanding sambungan miring yang memiliki kekuatan pada bidang perekat dan kemiringan sambungan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aplikasi sambungan jari lebih kuat dibanding sambungan miring untuk aplikasi sambungan pada balok laminasi. The utilization of wood as building material has indicated an increasing whether for structural and non structural elements. The necessity of wood could not be fulfilled due to lack of wood which large diameter. In the other hand, the utilization of bamboo is not optimal so far since the short durability of bamboo and the limited dimension of bamboo. The problem can be solved by laminating and joining. The research was conducted optimize joint type of finger joint and scarf joint. Bamboo which used in this research were bamboo Petung (Dendrocalamus asper) that formed by galar and bilah. Specimens of laminated beams were made in 3 variations. Beams were made without joint by galar and bilah (BLP-G and BLP-B), beams with finger joint by galar and bilah (BLP-GJ and BLP-BJ), and beams with scarf joint by galar and bilah (BLP-GM and BLP-BM). Each variation consist of 3 samples. Application joint at laminated beam influenced degradation the strength of laminated beam. The strength of beams degradation 18% (BLP-GJ), 38% (BLPBJ), 66% (BLP-GM), 49% (BLP-BM). The result of eksperiment shown BLP-GJ and BLP-BJ beams more stronger than BLP-GM and BLP-BM beams, because aplication finger joint had good inter-locking than scarf joint. Based on eksperimental result, it could be concluded that application finger joint was more stronger than scarf joint.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []