PENGARUH PUPUK ORGANIK LIMBAH KARET TERHADAP HASIL GETAH KARET KLON PB 260

2017 
Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan salah satukomoditas pertanian sub sektor perkebunan yang penting baik untuk lingkup nasional maupun internasional. fungsi ekonomi yang menonjol dari komoditas karet adalah sebagai sumber pendapatan lebih dari 10 juta petani dan menyerap sekitar 1,7 juta tenaga kerja, serta memberikan kontribusi yang sangat berarti sebagai penyumbang devisa negara. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimum limbah pabrik karet terhadap hasil getah karet. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2016 di Kebun Karet Petani Desa Tanjung Terdana Kecamatan Pondok Kelapa, Bengkulu Tengah pada tanaman karet yang telah berumur 8 tahun. Di Indonesia produktivitas karet masih kalah dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti: Thailand dengan produktivitas 1,9 ton ha-1, Malaysia dengan produktivitasnya 1,3 ton ha-1 dan Indonesia hanya 1 ton ha-1. Salah satu kendala yang sering dihadapi perkebunan karet rakyat adalah, petani yang hanya ingin mengambil hasil dari kebunnya namun pemeliharaan pada tanaman masih sering diabaikan seperti pada kesuburan tanahnya. Melihat kondisi tersebut maka sangat perlu dilakukan upaya penelitian untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas getah karet (lateks) dengan memanfaatkan limbah pabrik karet yang dijadikan sebagai pupuk organik melalui proses pengomposan. Pupuk organik adalah Pupuk yang berasal dari bahan-bahan makhluk hidup atau makhluk hidup yang telah mati, meliputi kotoran, sampah, kompos, dan berbagai produk limbah lainnya. Sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk sintesis yang dibuat oleh industri atau pabrik yang mengandung bahan-bahan kimia. Penggunaan pupuk anorganik saja seperti penggunaan Urea, SP36, KCl, dan Kieserit dapat mengakibatkan kualitas getah karet yang dihasilkan kurang baik, selain itu harga pupuk anorganik relatif mahal, dan ketersediaannya dipasar langka, oleh karena itu dibutuhkan penyediaan pupuk alternatif yang murah, tersedia lokal, dan mengganti sebagian atau secara keseluruhan pupuk anorganik sehingga mampu meningkatkan produksi getah karet yang kualitasnya baik. Salah satu pupuk alternatif yang tersedia lokal dan berlimpah adalah Pupuk Organik Lokal (POL). Pupuk ini mempunyai jumlah kandungan zat organik yang memungkinkan untuk dijadikan pupuk organik penyubur tanah melalui proses pembuatan kompos . Pengomposan merupakan proses bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.Kompos merupakan pupuk organik sebagai pemasok unsur hara yang diperlukan tanaman, dapat menambah kemampuan tanah dalam menyimpan air, menyerap pupuk tambahan lain, membentuk lingkungan yang baik untuk kehidupan jasad renik, sehingga tanah jadi subur dan membantu pertumbuhan tanaman. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan perlakuan dosis pupuk organik lokal yaitu 0 ton ha-1 (kontrol), 5 ton ha-1 ( 10 kg pohon-1), 10 ton ha-1 ( 20 kg pohon-1), 15 ton ha-1 ( 30 kg pohon-1), 20 ton ha-1 ( 40 kg pohon-1), 25 ton ha-1 ( 50 kg pohon-1). Setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali sehingga didapat 4 ulangan x 6 perlakuan : 24 petak percobaan, dalam setiap petak perlakuan terdapat 5 sampel tanaman. Variabel yang diamati terdiri atas volume lateks, lilit batang, berat lateks, berat sleb lateks, dan berat kering karet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dosis optimum pada pemberian pupuk organik lokal terhadap hasil getah karet belum tercapai pada semua variabel pengamatan.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []