KAJIAN KINERJA OPERASIONAL, PELAYANAN DAN TARIF KERETA API TAWANGALUN (MALANG – BANYUWANGI)

2018 
Besarnya kebutuhan dan kegiatan perekonomian masyarakat dari Kota Malang menuju Kota Banyuwangi  membutuhkan moda transportasi yang murah, aman dan nyaman. PT. Kereta Api Indonesia meyediakan rangkaian kereta api Tawangalun yang melayani rute Malang-Banyuwangi dan sebaliknya dibawah pengawasan DAOP XI Jember. Tujuan dari kajian ini adalah untuk (1)Mengetahui kesesuaian kinerja operasional kereta api Tawangalun secara aktual dan terjadwal (2)Mengetahui besarnya daya angkut lintas pada rel Malang – Banyuwangi dalam waktu satu tahun (3)Mengetahui karakteristik penumpang kereta api Tawangalun (4)Mengetahui tingkat kesesuaian pelayanan kereta api Tawangalun dengan kepuasan penumpang (5)Mengetahui tingkat kesesuain tarif kereta api Tawangalun yang berlaku dengan tingkat kemampuan membayar penumpang.  Oleh kerena itu diperlukan kajian terhadap kereta Api Tawangalun dalam penyelenggarannya demi memberikan pelayanan terbaik bagi pengguna setianya. Pada kajian kinerja operasional yang meninjau analisis waktu (waktu tempuh antar stasiun, waktu henti antar stasiun, waktu tempuh total perjalanan, waktu tunda kedatangan dan keberangkatan)  mengunakan metode statistik dengan uji 1 tail T-test dan berupa analisis deskriptif. Kajian kinerja operasional terkait daya angkut lintas tiap rel dari stasiun Malang-Banyuwangi menggunakan perhitungan rumus matematis. Data untuk kinerja operasional (waktu dan daya angkut lintas) didapatkan dari pengamatan secara langsung di lapangan maupun dari instansi terkait penelitian ini. Untuk analisis kinerja pelayanan dan analisis kesesuaian tarif dari kereta api Tawangalun dilakukan terhadap 400 responden dewasa yang semuanya merupakan penumpang kereta api Tawangalun. Data diperoleh dengan teknik survei  dan wawancara secara langsung terhadap responden. Metode yang digunakan untuk kinerja pelayanan adalah Importance Performance Analysis sedangkan kajian tingkat kesesuaian tarif menggunakan metode Abillity To Pay (ATP) untuk tingkat kemampuan membayar dari responden  dan Willingness To Pay (WTP) untuk tingkat kemauan membayar responden. Penelitian yang dilakukan dari bulan Oktober – Desember 2017 didapatkan hasil yang menjawab tujuan dari adanya penelitian ini. (1)Hasil analisis kinerja operasional yang meninjau waktu tempuh antar stasiun, waktu henti antar stasiun dan waktu tempuh total perjalanan menggunakan uji  hipotesis 1 tail T-test dengan hipotesis awal (Ho) yang menyatakan “Waktu aktual perjalanan kereta api Tawangalun lebih kecil atau sama dengan waktu perjalanan terjadwal” dan didapatkan hasil Ho diterima karena nilai t hitung < t tabel. Untuk analisis waktu tunda kedatangan dan keberangkatan hanya menjelaskan selisih waktu tunda kedatangan dan keberangkatan dari masing-masing stasiun dengan analisis deskriptif. (2)Hasil daya angkut lintas tiap rel dari stasiun Malang-Banyuwangi didapatkan beban yang diterima tiap rel <2,5 juta ton/tahun. Berdasarkan PD 10 Perencanaan Konstruksi Jalan Rel tahun 1986 dapat dilihat bahwa rel dari stasiun Malang-Banyuwangi memiliki kelas jalan rel tipe 5 dengan spesifikasi yang dapat dilihat pada peraturan terkait. (3)Berdasarkan hasil survei karateristik responden terhadap 400 responden didapatkan data bahwa jumlah penumpang kereta api Tawangalun rata-rata berusia 21-25 tahun dengan presentase terbesar 43%. Penumpang kereta api Tawangalun didominasi pria dengan presentase sebesar 52.75% sedangkan penumpang wanita dengan presentase sebesar 47.25%. Jenis pekerjaan terbanyak penumpang kereta api Tawangalun adalah pelajar/mahasiswa dengan presentase sebesar 50.25%. Range penghasilan keluarga perbulan dari para responden menunjukan angka Rp.3.500.000 – Rp.4.000.000 paling mendominasi dengan presentase 33.25%. Hasil survei karateristik responden berdasarkan perjalanan didapatkan hasil bahwa penumpang menggunakan kereta api Tawangalun untuk tujuan keperluan kantor/dinas/sekolah/bisnis dengan presentase sebesar 62.75%. Presentase terbesar penumpang dalam mengeluarkan biaya keperluan transportasi rata-rata Rp.100.000 – Rp.200.000 dengan presentase sebesar 49%. Dalam waktu satu tahun penumpang kereta api Tawangalun menggunakan kereta api dengan jumlah frekuensi yang bervariasi dan didapatkan hasil terbanyak dalam waktu satu tahun adalah 4 kali perjalanan dengan presentase 42%. Tingkat kenyamanan sebesar 50% menjadi faktor utama dari para responden untuk memilih kereta api Tawangalun dalam melakukan kegiatan transportasinya. (4)Dari hasil analisis kinerja pelayanan dengan metode Importance Performance Analysis (IPA) didapatkan nilai tingkat kesesuaian antara tingkat kinerja dengan tingkat kepentingan sebesar 77% dan didapatkan 4 atribut yang masuk dalam kuadran I yang menjadi prioritas utama untuk mendapatkan perbaikan dan peningkatan. Keempat atribut yang masuk kuadran I yaitu ketersediaan pintu darurat, CCTV di setiap gerbong, perbaikan pada toilet, dan ketersediaan musholla. (5)Hasil analisis kesesuaian tarif dengan menggunakan metode Ability to Pay (ATP)dan Willingness to Pay (WTP) didapatkan rata-rata ATP sebesar Rp.42.732,09 dan rata-rata WTP didapatkan Rp.50.285,78 sedangkan tarif yang berlaku adalah Rp.62.000,00. Dari evaluasi tarif didapatkan persamaan regresi berdasarkan penghasilan keluarga dan rata-rata ATP yaitu Y=0.0082X + 9491,8 dengan nilai R 2 = 0,6525. Jika variabel X dimasukkan dengan nilai rata-rata penghasilan keluarga sebesar Rp.3.841.875,00, maka didapat nilai ATP sebesar Rp.40.995,18 . Selanjutnya dilakukan analisis tarif ideal berdasarkan ATP dan WTP pada kelas ekonomi dan didapatkan hasil sebesar Rp.51.209,56. Kata kunci : kinerja operasional, kinerja pelayanan, tarif, IPA, ATP, WTP, kereta api Tawangalun
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []