MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI OPTIMALISASI PERAN PEKERJA MIGRAN INDONESIA(PMI) PURNA DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

2019 
Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang sudah mengakhiri masa kontrak kerjanya, disebut PMI Purna. PMI purna yang telah kembali dari bekerja di luar negeri membawa remitansi yang sangat besar. Remitansi yang tidak dikelola dengan baik akan habis untuk keperluan konsumtif,sehingga dapat menyebabkan PMI purna yang sudah kembali dari bekerja di luar negeri untuk berangkat lagi menjadi PMI. Oleh sebab itu, PMI Purna perlu dibina dan diberdayakan dengan tujuan dapat memiliki penghasilan berkelanjutan, dengan demikian berpeluang untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekelilingnya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini sudah ada program pemberdayaan PMI Purna, yaitu (1) Program Desa Migran produktifoleh Kementerian Ketenagakerjaan, (2) Program pemberdayaan PMI purna Emas oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Program ini sesungguhnya relatif bagus, namun program tersebut di Kabupaten Lampung Timur belum berjalan optimal. Hal ini dikarenakan masih adanya kendala seperti sumber daya manusia PMI purna yang masih minim pengetahuan, sulitnya akses permodalan, pemasaran produk kewirausahaan yang belum maksimal dan kurangnya mitra lokal yang ikut terlibat dalam proses pemberdayaan. Hal tersebutmenyebabkan perlunya dilakukan sebuah kesinergisan dalam membuat dan menerapkan model pemberdayaan, yang dapat menjadi sebuah model acuan pemberdayaanbagi daerah-daerah dengan kantong PMI purna untuk mendorong pencapaian pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Lampung Timur. Kata Kunci : PMI purna, Remitansi dan Pemberdayaan Indonesian Migrant Workers (PMI) who have ended their employment contracts, are called purnaPMI. Full PMI who have returned from working abroad bring enormous remittances. Remittances that are not managed properly will run out for consumptive purposes, so that it can cause purna PMI who have returned from working abroad to depart again as PMI. Therefore, purna PMI needs to be fostered and empowered with the aim of having sustainable income, thus having the opportunity to be able to create jobs for the surrounding communities This research uses descriptive research with a qualitative approach. Based on the results of the study, there is currently a purnaPMI empowerment program, namely the Program (1) Productive Migrant Village by the Ministry of Manpower, (2) Empowerment program for PMI Gold by the National Agency for Placement and Protection of Indonesian Workers (BNP2TKI). This program is actually relatively good, but the program in East Lampung Regency has not run optimally. This is because there are still obstacles such as humanPMI resources that are still lack of knowledge, difficult access to capital, marketing of entrepreneurial products that have not been maximized and lack of local partners who are involved in the empowerment process. This has led to the need for synergies in creating and implementing an empowerment model, which can be a reference model for empowerment of regions with full PMI follicle to encourage the achievement of sustainable development in East Lampung Regency. Keywords: PMI purna, Remittance and Empowerment
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    1
    Citations
    NaN
    KQI
    []