LAMA HIDUP DAN POTENSI Culex quinquefasciatus SEBAGAI VEKTOR FILARIASIS LIMFATIK BERDASARKAN KETINGGIAN PASCA TRANSMISSION ASSESMENT SURVEY (TAS) DI KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT

2020 
The study on the bioecology of Lymphatic Filariasis (LF) vector is necessary to be used as a support to eliminate LF due to the lack of entomological data for LF vector in Subang, especially after the Provision of Mass Drug Administration for Filariasis Prevention. This study aims to identify mosquito species, density, behavior, longevity, presence of the filaria worm in mosquitoes, and to identify the distribution of mosquitoes in the highlands and lowlands in selected villages in Subang district. This study is part of Lymphatic filariasis (multicenter) evaluation study in Indonesia. The data was collected by using human landing collection method and vector habitat survey data. The entomological data analyzed from the calculation of Man hour density (MHD), Man biting rate (MBR), and longevity, while the relationship between variables and mosquito abundance using Pearson's correlation. The results indicated that the density of mosquitoes caught in Rancahilir was higher than Curug rendeng villages, these results are similar to the LF vector suspect mosquito (Cx. quinquefasciatus). These mosquitoes are found outdoor with peak densities at 22.00-23.00 West Indonesia Time. Altitude has an association with the density of mosquitoes (p-value 0.039). The longevity of Cx. quinquefasciatus population is 10-13 days. At that longevity, vectors are at risk for infective filarial worms. The result shows that Cx. quinquefasciatus collected in this study was negative for filarial worms. Based on the results of this study, we conclude that in Subang, filariasis transmission chain prevention has been successful. However, periodic evaluations is still need to be carried out in order to prevent re-infection of the disease. Abstrak Kajian tentang bioekologi nyamuk vektor Lymphatic Filariasis (LF) di Kabupatem Subang perlu dilakukan. Kajian ini sebagai pendukung untuk menuju eliminasi LF mengingat belum optimalnya data entomologi nyamuk vektor di Subang, terutama pasca Pemberian Obat Masal Pencegahan (POMP) filariasis. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi spesies, kepadatan, perilaku, umur panjang (longevity) populasi nyamuk, identifikasi keberadaan cacing filaria pada nyamuk vektor LF serta menganalisis perbedaan distribusi nyamuk pada dataran tinggi dan rendah di desa terpilih di Kabupaten Subang. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari penelitian “Studi evaluasi filariasis (multicenter) di Indonesia” yang dilaksanakan di beberapa kabupaten di Indonesia.  Data yang diambil, yaitu data survei vektor yang menggunakan metode Human Landing Collection (HLC) dan survei habitat vektor. Analisa data entomologi menggunakan perhitungan Man hour density (MHD), Man-biting rate (MBR) dan  nilai umur panjang nyamuk (longevity), sedangkan hubungan antar variabel dengan kepadatan menggunakan korelasi pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan nyamuk yang tertangkap di Desa Rancahilir (dataran rendah) lebih banyak dibandingkan di Desa Curug rendeng (dataran tinggi), termasuk kepadatan nyamuk Cx. quinquefasciatus yang juga dominan di wilayah ini. Nyamuk ini banyak ditemukan di luar rumah dengan puncak kepadatan pada jam 22.00-23.00 WIB. Ketinggian mempunyai hubungan dengan kepadatan nyamuk tertangkap (p value 0,039). Umur populasi nyamuk Cx. quinquefasciatus 10-13 hari. Umur ini menunjukkan umur populasi yang berisiko untuk infektif cacing filaria. Hasil pemeriksaan nyamuk Cx. quinquefasciatus negatif terhadap cacing filarial. Hasil ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Subang telah berhasil memutuskan rantai penularan filaria. Namun, masih perlu dilaksanakan evaluasi berkala agar tidak terjadi penularan kembali di wilayah ini.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []