EFISIENSI PERKEBUNAN SAWIT DALAMPEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI
2017
Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia, dengan pertumbuhan produksi 7,8% per tahun. Sekitar 70% lahan penghasil kelapa sawit di Indonesia berada di Sumatera. Provinsi Jambi merupakan salah satu penghasil kelapa sawit terbesar di Sumatera dan menjadi produk unggulan daerah tersebut. Namun tingkat efisiensi produksi perkebunan kelapa sawit di provinsi ini belum pernah dibahas secara mendetail. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi teknis (TE), efisiensi alokatif (AE), dan efisiensi ekonomis (EE) perusahaan perkebunan sawit, baik perusahaan perkebunan sawit swasta maupun perusahaan perkebunan BUMN di Provinsi Jambi
Penelitian ini dilakukan pada 36 perusahaan perkebunan yang tersebar di beberapa kabupaten yang terdapat di Provinsi Jambi, diantaranya Kabupaten Muaro Jambi, Tanjab Barat, Batanghari, Tebo, Muaro Bungo, Merangin, dan Sarolangun. Data produksi dan faktor produksi yang dihimpun adalah data terbaru dalam 3 tahun terakhir yakni tahun 2013 sampai 2015.
Efisiensi produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi langsung dan faktor-faktor produksi secara tak langsung. Faktor-faktor produksi langsung terdiri dari luas areal lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk an-organik, dan obat-obatan. Faktor-faktor produksi tidak langsung terdiri dari umur kebun, rasio lahan gambut/lahan perkebunan, status lahan, sumber bibit, status tenaga kerja, penyuluhan, mitra dengan masyarakat, diklat tenaga kerja, topografi lahan. Semua faktor produksi dirumuskan secara bersamaan dalam fungsi produksi frontier Cobb-Douglass dengan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE) yang diolah dengan mengunakan program komputer STATA13 versi 10.1.
Hasil estimasi nilai koefisien parameter dugaan dengan stochastic production frontier (SPF) menunjukan faktor produksi yang berpengaruh secara positif terhadap efisiensi teknis perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi adalah luas lahan, tenaga kerja, dan pupuk an-organik. Sedangkan faktor produksi yang berpengaruh secara negatif terhadap efisiensi teknis perkebunan sawit adalah bibit, pupuk organik, dan obat-obatan. Rata-rata nilai efisiensi teknis (TE) adalah 66%, dan rata-rata nilai efisiensi alokatif/harga adalah 4,72 serta rata-rata nilai efisiensi ekonomi (EE) adalah 3,82.
Beberapa faktor sosial-ekonomi yang berpengaruh signifikan dalam meningkatkan efisiensi teknis perkebunan sawit adalah variabel umur kebun berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi produksi. Artinya umur tanam mencapai usia titik puncak produktif (10-20 tahun) lebih efisien dari pada umur yang lebih muda ataupun lebih tua ( 20 tahun). Variabel rasio lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi produksi. Maksudnya semakin besar rasio lahan gambut terhadap lahan perkebunan sawit akan lebih efisien. Variabel sumber bibit berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi produksi. Menunjukan bahwa kebun sawit yang bibitnya berstandar ISO lebih efisien dari pada yang tidak standar. Variabel diklat tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi produksi. Memperlihatkan bahwa kebun sawit yang ada diklat tenaga kerjanya lebih efisien dari pada yang tidak ada diklat tenaga kerja. Sementara itu faktor yang berpengaruh signifikan dalam menurunkan efisiensi teknis perkebunan sawit adalah status lahan.Variabel status lahan berpengaruh negatif terhadap efisiensi produksi, artinya lahan yang tidak ada konflik lebih efisien dari pada yang ada konflik.
Selanjutnya produktivitas diperoleh dengan metode perhitungan Produktivitas Faktor Total (TFP) indeks Fisher, dan didapatkan hasil produktivitas perusahaan perkebunan sawit di Provinsi Jambi adalah sebesar 67%. Sementara rasio produktivitas perkebunan sawit lahan gambut dengan lahan non gambut (mineral) diperoleh 1,00 : 0,67. Dari angka ini dapat disimpulkan bahwa perkebunan sawit lahan gambut produktivitasnya lebih baik dari pada perkebunan sawit lahan non gambut (mineral).
Implikasi kebijakan yang dapat dikemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini dapat kategorikan dalam dua sudut pandang diantaranya sebagai berikut :
a. Dari sudut perusahaan perkebunan kelapa sawit, upaya peningkatan efisiensi teknis (ET) atau penurunan inefisiensi teknis pada perusahaan perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan melalui beberapa hal diantaranya : (1) peningkatan kapasitas pengelolaan panen terutama pada umur sawit mencapai titik puncak produksi (10-20 thn), (2) peningkatan pengunaan lahan dengan prioritas mengoptimal lahan gambut yang tersedia (sesuai ijin dari pemerintah), (3) minimalisir konflik lahan kelapa sawit, (4) pengunaan bibit berstandar dan bersertifikat ISO (tenera), (5) laksanakan diklat tenaga kerja. Selanjutnya untuk mendukung peningkatan efisiensi alokatif (AE) dilakukan melalui alokasi penggunaan faktor produksi secara lebih efisien. Disamping itu diperlukan upaya agar perusahaan dapat memproduksi tandan buah segar (output) yang berkualitas agar disukai dan digemari oleh konsumen
b. Dari sudut pandang Pemerintah Daerah, upaya peningkatan efisiensi alokatif sangat terkait dengan struktur pasar input dan output. Oleh sebab itu pemerintah Provinsi Jambi harus memperbaiki struktur pasar input dan output dengan cara memberi berbagai kebijakan terhadap faktor produksi. Misalnya menyediakan bibit unggul, memperlancar distribusi pupuk dan obat-obatan.
Selanjutnya hasil penelitian ini menunjukan bahwa produktivitas lahan gambut lebih tinggi dibanding lahan non gambut, maka pemerintah harus memberi ketegasan dan mapping tentang lahan gambut yang bisa dimamfaat untuk perluasan perkebunan kelapa sawit.
Keywords: Technical efficiency, price/allocative efficiency, economic efficiency, Cobb-Douglass production function, frontier production function, Total factor productivity.
Keywords:
- Correction
- Source
- Cite
- Save
- Machine Reading By IdeaReader
0
References
0
Citations
NaN
KQI