Pengaruh suplementasi susu bubuk kadaluwarsa (sbk) Dan serbuk bubur bayi kadaluwarsa (bbk) sgm Dalam ransum terhadap kecernaan Bahan kering dan bahan organik Kelinci new zealand jantan
2009
Abstrak
Kelinci menjadi salah satu alternatif pemenuhan gizi masyarakat karena berpotensi besar sebagai penghasil daging. Pakan menjadi satu faktor yang menentukan keberhasilan pemeliharaan kelinci. Ternak kelinci mempunyai kemampuan terbatas dalam mencerna serat kasar, sehingga pakan yang diberikan tidak hanya berupa hijauan tetapi juga konsentrat. Untuk meningkatkan nilai gizi konsentrat maka ditambahkan pakan suplemen yang berupa Susu Bubuk Kadaluwarsa (SBK) dan serbuk Bubur Bayi Kadaluwarsa (BBK) Susu Gula Manis (SGM).
SBK dan serbuk BBK SGM yang merupakan limbah industri dapat dijadikan alternatif bahan pakan karena masih mengandung nutrien yang dibutuhkan oleh ternak. Pengunaan suplementasi SBK dan serbuk BBK SGM diharapkan dapat berpengaruh meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi SBK dan serbuk BBK SGM dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik pakan kelinci New Zealand jantan dan mengetahui apakah SBK dan serbuk BBK SGM merupakan pakan suplemen yang baik. Penelitian ini dilaksanakan di kandang kelinci milik Bapak Sugito Desa Soko, Kelurahan Brangkal, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten mulai tanggal 19 Juni 2008 sampai 13 Agustus 2008 menggunakan 24 ekor kelinci New Zealand jantan lepas sapih dengan umur ± 3 bulan dan rata-rata bobot badan 924,54 + 79,95 gram.
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis variansi Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah yang dibagi dalam empat perlakuan dan enam ulangan. Setiap ulangan menggunakan satu ekor kelinci. Pakan yang diberikan berupa rumput lapang, konsentrat CP-594 produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia dengan perbandingan 60:40, dan suplementasi SBK dan serbuk BBK SGM, dengan perlakuan P0 sebagai kontrol dengan 0 persen SBK dan serbuk BBK SGM; P1 dengan 5 persen SBK dan serbuk BBK SGM; P2 dengan 10 persen SBK dan serbuk BBK SGM; dan P3 dengan 15 persen SBK dan serbuk BBK SGM. Parameter yang diamati selama penelitian adalah konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik.
Hasil penelitian menunjukkan rata–rata dari masing-masing perlakuan yaitu P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut untuk konsumsi bahan kering, 84,20; 99,61; 101,07 dan 119,97 (gram/ekor/hari), konsumsi bahan organik 67,83; 81,03; 83,43 dan 98,70 (gram/ekor/hari), kecernaan bahan kering 61,67; 73,99; 76,91 dan 80,04 (persen), kecernaan bahan organik 67,02; 78,08; 81,01 dan 82,71 (persen). Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa suplementasi SBK dan serbuk BBK SGM dalam ransum berpengaruh berbeda sangat nyata (P
- Correction
- Source
- Cite
- Save
- Machine Reading By IdeaReader
0
References
0
Citations
NaN
KQI