Emisi Karbon Dioksida (CO2) dari Pertanian Skala Kecil di Lahan Gambut

2020 
Pembukaan lahan gambut menyebabkan emisi gas karbon dioksida (CO 2 ) ke atmosfer, termasuk alih fungsi hutan rawa gambut menjadi pertanian rakyat (skala kecil).Tujuan penelitian untuk mengukur emisi CO 2 dari pertanian skala kecil, yaitu perkebunan karet (8-10 tahun), kelapa sawit (5-6 tahun), dan jahe (0-6 bulan) di lahan gambut. Sampel gas CO 2 diambil dengan metode sungkup tertutup (closed chamber). Pengukuran konsentrasi gas CO 2 dilakukan dengan gas kromatografi. Sungkup ditempatkan pada dua kondisi lahan, yaitu perlakuan pemotongan akar (trenching) untuk mewakili respirasi heterotrofik, dan tanpa pemotongan akar untuk mewakili respirasi total. Hasil penelitian mendapatkan bahwa emisi CO 2 dari pertanian rakyat tersebut snagat besar. Total emisi CO 2 dari kebun karet,kelapa sawit dan jahe, masing-masing sebesar 42,6 ton CO 2 ha -1 th -1 , 35,9 ton CO 2 ha -1 th -1 , dan 34,4 ton CO 2 ha -1 th -1 . Nilai respirasi heterotrofik dari kebun karet diperkirakan sebesar 61,4%, dan kelapa sawit 57,4%.  Pemotongan akar (trenching) pada pertanian jahe tidak efektif karena system perakaran serabut yang menyebar, sehingga respirasi heterotropik tidak dapat dipisahkan dari respirasi total. Muka air tanah menunjukan hubungan yang positif terhadap nilai emisi (r=0,205, p-value =0,017) dari ketiga penggunaan lahan. Besarnya emisi carbon dari pertanian skala kecil pada lahan gambut yang terdrainase mendekati nilai patokan (default value) IPCC 2014, yang antara 40 – 73 ton CO 2 ha -1 th -1 . Pengendalian emisi karbon dari pertanian skala kecil pada laham gambut berkontribusi penting dalam upaya untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca dari sector pertanian.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    2
    Citations
    NaN
    KQI
    []