Pengaruh Ekstrak Air Daun Kelor(Moringa Oleifera) Terhadap Kadar Sod DanIndeks Apoptosis Ovarium Tikus WistarYang Dipapar Depo MedroksiProgesteron Asetat

2017 
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya mengatur kehamilan untuk mewujudkan keluarga berkualitas. Metode kontrasepsi untuk mengatur kehamilan terdiri dari beberapa jenis diantaranya pil, suntik, implan, IUD, MOW, MOP. Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI menunjukkan bahwa metode kontrasepsi suntik menempati urutan pertama pilihan peserta KB baru pada tahun 2014, yaitu sebesar 4.128 peserta atau sekitar 48,56%. DMPA merupakan metode kontrasepsi efektif yang berisi hormon progesteron dan diberikan secara IM tiap 3 bulan sekali. DMPA bekerja dengan menghambat sekresi GnRH, sehingga menyebabkan kadar estrogen dalam tubuh menjadi rendah. Estrogen berfungsi sebagai hormon reproduksi dan memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Adanya kondisi estrogen rendah dalam waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya stress oksidatif karena meningkatnya Reactive Oxygen Spesies (ROS) yang dapat menyebabkan apoptosis sel serta difungsi proses reproduksi. Ovarium merupakan tempat sintesa estrogen dan aktif secara metabolik, sehingga resiko terpapar ROS juga meningkat. Status stress oksidatif tergantung pada keseimbangan antara oksidan dan aktifitas enzim antioksidan. Superoxide dismutase (SOD) adalah enzim antioksidan utama yang memegang peran sentral dalam eliminasi stress oksidasi dan merupakan antioksidan primer karena mampu mencegah terbentuknya senyawa radikal bebas baru. Kondisi stress oksidatif menyebabkan antioksidan endogen tidak mampu menangkal radikal bebas secara optimal, untuk itu diperlukan tambahan antioksidan eksogen yang dapat diperoleh dari makanan. Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang teridentifikasi mengandung antioksidan tinggi, dimana dalam ekstrak air daun kelor mengandung komponen flavonoid, fenolik, reducing sugar, saponin, steroid, tannin, terpenoid, dan anthraquinon. Dalam daun kelor juga terdapat kandungan mineral seperti mangan, zink, tembaga yang merupakan kofaktor enzim antioksidan. Aktifitas antioksidan ekstrak air daun kelor ditunjukkan dengan kemampuannya dalam meningkatkan enzim antioksidan seperti GSH, SOD, dan katalase, serta secara signifikan mampu menurunkan peroksidasi lipid. Penelitian eksperimental dengan pendekatan post test only control group ini menggunakan 25 ekor tikus Wistar betina yang dibagi secara acak menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif (tanpa paparan), kelompok kontrol positif (DMPA saja), kelompok perlakuan 1 (DMPA + ekstrak air daun kelor 100 mg/KgBB/hari), kelompok perlakuan 2 (DMPA + ekstrak air daun kelor 150 mg/KgBB/hari), kelompok perlakuan 3 (DMPA + ekstrak air daun kelor 200 mg/KgBB/hari). Lama penelitian adalah 28 hari. DMPA diberikan secara IM pada hari ke 1, 8,15 dan 22, sedangkan ekstrak air daun kelor diberikan melalui sonde setiap hari selama 28 hari. Metode ekstraksi yang dipakai adalah dengan ekstrak air, karena mendekati penggunaannya di masyarakat. Setelah 28 hari paparan, dilakukan pembedahan pada hari ke 29. Organ ovarium diambil, selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar SOD dengan metode spektrofotometri dan pemeriksaan indeks apoptosis dengan metode TUNEL assay. Data dianalisis menggunakan uji statistik One Way Anova dan uji Pearson Product Moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air daun kelor berpengaruh terhadap kadar SOD dan indeks apoptosis pada ovarium tikus Wistar yang dipapar DMPA. Pada uji one way anova terhadap hasil kadar SOD didapatkan p-value < 0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat beda yang signifikan pemberian 8 ekstrak air daun kelor dengan kadar SOD ovarium tikus Wistar yang dipapar DMPA antar kelompok sampel. Pada uji korelasi Pearson Product Moment diperoleh pvalue < 0,05, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ekstrak air daun kelor dengan kadar SOD ovarium tikus Wistar yang dipapar DMPA. Nilai koefisien korelasi adalah 0,758 yang menunjukkan terdapat hubungan kuat antara pemberian ekstrak air daun kelor dengan kadar SOD, dimana semakin tinggi dosis ekstrak air daun kelor akan diikuti dengan semakin meningkatnya kadar SOD. Pada uji Kruskal Wallis dari data indeks apoptosis didapatkan p-value < 0,05 yang berarti terdapat beda yang signifikan antara pemberian ekstrak air daun kelor dengan indeks apoptosis ovarium tikus Wistar yang dipapar DMPA antar kelompok sampel. Pada uji Spearmen Rho diperoleh p-value < 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pemberian ekstrak air daun kelor dengan indeks apoptosis ovarium tikus Wistar yang dipapar DMPA. Nilai koefisien korelasi adalah -0,690 yang berarti terdapat hubungan sedang antara pemberian ekstrak air daun kelor dengan indeks apoptosis, dimana semakin tinggi dosis ekstrak air daun kelor akan diikuti dengan semakin menurunnya indeks apoptosis. Kandungan fitokimia yang terdapat dalam ekstrak air daun kelor terbukti mampu meningkatkan kadar SOD dan menurunkan indeks apoptosis ovarium. Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian – penelitian sebelumnya bahwa daun kelor merupakan sumber makanan yang kaya antioksidan. Kelor baik dikonsumsi oleh masyarakat khususnya bagi para akseptor kontrasepsi DMPA. Namun demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang dosis kelor mengingat pada penelitian ini belum dicapai kadar SOD dan indeks apoptosis normal. Dengan penelitian lanjutan tersebut, diharapkan bisa didapatkan dosis optimal dalam mengatasi efek samping pemakaian DMPA.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []