Analisis Struktur Biaya Logistik Jaringan Distribusi Lobster dari Gunungkidul untuk Penyusunan Strategi Rantai Pasok
2019
Lobster merupakan komoditas perikanan tangkap dengan permintaan yang terus meningkat serta memiliki harga jual tinggi.Hal ini dikarenakan lobster memiliki rasa yang gurih, mengandung banyak protein, serta modal penangkapan dan upaya penanganan produk yang tinggi. Pelaku dalam rantai pasok lobster dari Gunungkidul terdiri dari pemilik kapal, nelayan, TPI, pengepul kecil, pengepul besar, pengecer, dan eksportir. Nelayan sebagai initial supplier tidak dapat menentukan harga jual lobster karena model harga yang berbasis pasar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya logistik yang dikeluarkan pada masing-masing pelaku untuk memilih strategi rantai pasok yang tepat dilakukan.
Metode perhitungan biaya dengan Activity Based Costing dipilih karena lebih akurat dibandingkan metode perhitungan biaya tradisional (berdasarkan volume). Indepth interview dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya pada masing-masing pelaku. Objek lokasi penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling berdasarkan daerah produksi lobster terbesar di DIY, yaitu di Gunungkidul lebih tepatnya di TPI Baron, TPI Gesing, TPI Ngrenehan, TPI Drini, TPI Ngandong, TPI Siung, TPI Nampu, dan PPP Sadeng. Responden penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling dan snowball sampling.
Sistem rantai pasok dikatakan berhasil apabila dapat menekan biaya serendah-rendahnya dengan menghasilkan kualitas yang memuaskan serta adanya pembagian keuntungan yang merata. Pada rantai pasok lobster dari Gunungkidul, biaya paling besar dikeluarkan untuk aktivitas procurement (66,34%). Nelayan merupakan pihak yang menanggung biaya paling banyak. Keuntungan terbesar diperoleh pemilik kapal hingga 876,56% dari total biaya yang dikeluarkannya. Kondisi ini mengindikasikan adanya inefisiensi pada rantai pasok lobster Gunungkidul. Untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok lobster maka diperlukan penerapan strategi efisiensi, sedangkan untuk merespon permintaan lobster yang terus meningkat maka perlu dilakukan strategi responsif. Kedua strategi ini dapat dikolaborasikan dengan menggunakan decoupling point untuk menentukan kapan dan dimana masing-masing strategi dapat diterapkan.
Lobster is a fishery commodity with demand that continues to increase and has a high selling price due to its savory taste, contains a lot of protein, high capital and high product handling efforts. The stakeholders in the Gunungkidul lobster supply chain consist of ship owners, fishermen, TPI, small collectors, big collectors, retailers, and exporters. Fishermen as initial suppliers can't determine the selling price of lobster because of the market-based price model. This study aims to analyze the logistical costs incurred for each stakeholder to choose the right supply chain strategy.
Cost calculation method with Activity Based Costing was chosen because it is more accurate than traditional methods. The indepth interview was conducted to find out the cost of each stakeholder. The object of the research location was determined by purposive sampling based on the largest lobster production area in DIY, namely Gunungkidul especially in TPI Baron, TPI Gesing, TPI Ngrenehan, TPI Drini, TPI Ngandong, TPI Siung, TPI Nampu and PPP Sadeng. The research respondents were determined based on purposive sampling and snowball sampling.
The supply chain system is said to be successful if it can reduce costs as low as possible by producing satisfactory quality and even distribution of benefits. In lobster supply chain from Gunungkidul, the highest cost is spent on procurement activities (66.34%) and the fishermen are the party that costs the most. While the biggest profit is obtained by the ship owner up to 876.56% of the total costs incurred. This condition indicates an inefficiency in the lobster supply chain fromGunungkidul. To improve lobster supply chain efficiency, it is necessary to implement an efficiency strategy, while in response to lobster demand that continously increase a responsive strategy is needed. Both of these strategies can be collaborated using decoupling points to determine when and where each strategy can be applied.
Keywords:
- Correction
- Source
- Cite
- Save
- Machine Reading By IdeaReader
0
References
0
Citations
NaN
KQI