Strategi Lobi dan Negosiasi Serikat Pekerja dalam Manajemen Krisis Perusahaan (Studi Kasus Strategi Lobi dan Negosiasi Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (Fsppb) dalam Proses Alih Kelola Blok Mahakam)

2017 
Pertamina merupakan BUMN yang sering menjadi sorotan karena berbagai krisis besar yang dialaminya. Kasus krisis paling menarik adalah proses alih kelola Blok Mahakam yang telah bergulir selama delapan tahun terakhir walaupun kini Pertamina sudah mendapat payung hukum dari pemerintah. Proses alih kelola Blok Mahakam menimbulkan berbagai reaksi, ada yang bersikap mendukung dan meragukan jika pengelolaan Blok Mahakam yang semula dilakukan oleh Total dan Inpex diambil alih oleh Pertamina. Manajemen krisis umumnya dilakukan oleh public relation (PR), namun di Pertamina yang berperan adalah serikat pekerja. Peneliti ingin mengetahui peranan Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) dalam manajemen krisis perusahaan melalui strategi lobi dan negosiasi pada kasus alih kelola Blok Mahakam. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Peneliti menggunakan teknik penjodohan pola (pattern matching) untuk menghubungkan data-data kualitatif yang didapatkan dengan konsep yang sudah dibangun pada kerangka pemikiran. Subjek yang diteliti adalah serikat pekerja yang tergabung dalam FSPPB dan stakeholder krisis Blok Mahakam. Hasil penelitian yang diperoleh adalah FSPPB dalam kasus Blok Mahakam melakukan peranan manajemen krisis dengan strategi lobi dan negosiasi ke berbagai stakeholder. Strategi lobi yang dilakukan terdiri dari pendekatan brainstorming, pengondisian, networking, institution building, cognitive problem, five breaking, manipulasi kekuatan, cost and benefit, dan futuristik atau antisipatif. Strategi negosiasi yang dilakukan ialah win-lose, di mana pihak FSPPB sebagai pihak yang menang sedangkan Kementerian ESDM sebagai pihak yang kalah. Adapun teknik-teknik yang digunakan adalah membuat agenda berupa forum-forum resmi, membuat tenggat waktu dengan intimidasi, good guy bad guy dengan bertukar peran tertentu (wiseman, sniper, pengamat), dan meminta konsesi kepada Kementerian ESDM dan Direksi Pertamina. FSPPB melakukan lobi dan negosiasi kepada para stakeholder karena mempunyai peranan dalam manajemen krisis perusahaan. Penelitian ini menambahkan konsep bahwa serikat pekerja dapat mempunyai peranan dalam manajemen krisis perusahaan. Peranan tersebut akan semakin besar dengan adanya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang memuat peran-peran istimewa serikat pekerja, sehingga dapat memperkuat bargaining position serikat pekerja dalam melakukan manajemen krisis perusahaan. Di Pertamina, FSPPB mempunyai peran istimewa untuk menjaga kelangsungan bisnis perusahaan dan mengupayakan kedaulatan energi Indonesia. Adapun strategi lobi yang paling dominan dan efektif dilakukan oleh FSPPB dalam kasus ini 2 adalah pendekatan manipulasi kekuatan, sedangkan untuk strategi negosiasinya adalah winlose dengan teknik good guy bad guy.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []