EFEK TERMAL PERMUKAAN TANAH RAWA TERHADAP KEBAKARAN HUTAN DI LINGKUNGAN LAHAN BASAH

2021 
Indonesia memiliki dua musim sepanjang tahun dan dikategorikan dalam negara beriklim tropis lembab. Bentang alam yang dikelilingi lautan menyebabkan anomali cuaca dari samudera Hindia dan Pasifik mempengaruhi durasi musim hujan dan kemarau. Efek El Nino dan La Nina di samudera Pasifik. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada tahun 2015 merupakan karhutla terbesar. Meskipun titik api pada tahun 2016, 2017 dan 2019 sempat turun tajam, namun pada tahun 2019 karhutla kembali meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya. Fenomena kekeringan di lahan basah telah menyebabkan karhutla. Berdasarkan kondisi ini, perlu dilakukan penelitian berkaitan termal permukaan tanah rawa. Penelitian ini penting untuk mengetahui karakteristik termal tanah rawa, pada kondisi termal bagaimana tanah rawa rentan terbakar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berdasarkan data-data kuantitatif yang dikumpulkan dari hasil pengukuran langsung di lapangan. Pengukuran radiasi matahari siang hari di 3 (tiga) lokasi penelitian: Banjarmasin, Kuala Kapuas dan Pulang Pisau menunjukkan nilai yang relatif sama selama beberapa hari pengukuran pada saat langit tidak berawan (cerah). Namun, saat matahari tertutup awan atau mendung, radiasi matahari turun sekitar 300-400 W/m 2 . Temperatur meningkat setiap hari saat kondisi kering antara 0.8-1 O C, sedangkan kelembaban relatif menurun antara 4% -7% dan kondisi ini bisa berubah saat hujan selama 1 sampai 2 jam, dan mampu menurunkan temperatur hingga 5 O C di esok harinya. Pengaruh temperatur permukaan lahan basah yang tinggi terbukti mempengaruhi temperatur lingkungan lahan basah dan penyebab terjadinya kebakaran lahan. Kondisi musim kemarau dengan temperatur hingga 40 O C, menjadi penyebab terjadinya kekeringan dan mudah terbakar.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []