Penggunaan model linier sebagai alternatif anova rancangan percobaan faktorial tersarang pada data non normal / Prasetyo

2018 
Prasetyo. 2013. Penggunaan Model Linier Sebagai Alternatif ANOVA Rancangan Percobaan Faktorial Tersarang Pada Data Non Normal. Pembimbing: (I) Ir. Hendro Permadi, M.Si, (II) Dr. Swasono Rahardjo, S.Pd, M.Si Kata Kunci: Model Linier, ANOVA, Rancangan Tersarang, Data non Normal Model regresi liner merupakan suatu model yang parameternya linier dan secara kuantitatif dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Skripsi ini menganalisis bentuk model regresi linier dari rancangan percobaan faktorial tersarang pada data sekunder kerapatan tingkat kekeringan Bambu (gr/cm3). Sebagai faktor utama adalah umur bambu (3 dan 5 tahun) dan posisi batang bambu (pangkal dan tengah) sebagai faktor kedua pada umur bambu yang sama. Pengelompokan dilakukan pada tingkat kekeringan bambu ( 12%, 6% dan 0%). Pada uji asumsi, residual data tidak memenuhi uji kenormalan sehingga data tidak normal dan harus ditransformasi dengan karena data memiliki satuan gr/cm3. Setelah di uji asumsi ternyata residual data memenuhi uji kenormalan dan uji asumsi yang lain sehingga dilanjutkan dengan model regresi regresi linier untuk menentukan y fitted yang digunakan untuk mengembalikan data dalam bentuk semula. Model linier yang diperoleh dari model regresi linier adalah = 0.874 + 0.0491 X1 + 0.0230 X2 + 0.0022 X3 - 0.0139 X4 - 0.101 X5, dengan demikian umur bambu 3 tahun dan umur bambu 5 tahun memiliki perbedaan 0.0491 pada tingkat kerapatan bambu, dan Bagian pangkal bambu dengan bagian tengah bambu memiliki perbedaan 0.0230 pada tingkat kerapatan bambu. Pengaruh kelompok ke 2 dan ke 3 akan menurunkan tingkat kerapatan bambu sebesar 0.0139 dan 0.101. Uji T pada model regresi linier berganda menunjukkan hasil yang sama dengan uji F pada ANOVA tersarang yaitu, umur bambu dan kelompok kadar air signifikan terhadap variabel respons. Hal ini berarti umur bambu dan kelompok kadar air memberikan pengaruh yang nyata terhadap kerapatan pada tingkat kekeringan bambu. Pada penghitungan ANOVA, F hitung umur bambu dan F hitung kelompok kadar air lebih dari F0.05 yang berarti tolak H0 atau terima H1 . Dalam hal ini berarti umur bambu dan kadar air berbeda sangat nyata memberikan pengaruh yang besar pula terhadap kerapatan tingkat kekeringan bambu. Hal yang berbeda terlihat pada Faktor letak porsi batang yang memiliki F hitung kurang dari 0.05 yang berarti letak porsi batang tidak berpengaruh terhadap kerapatan pada tingkat kekeringan bamboo. Berdasarkan uji BNT selisih rataan Faktor umur bambu lebih besar dari pada BNT0.05 yang menunjukkan bahwa umur bambu 3 tahun memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan umur bambu 5 tahun terhadap kerapatan pada tingkat kekeringan bambu. Hal yang sama terlihat pada kadar air rataan kadar air 6% dengan 0% dan kadar air 12% dengan 0% memberikan pengaruh yang nyata terhadap kerapatan pada tingkat kekeringan bambu.
    • Correction
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []