MITIGASI RISIKO PADA RANTAI PASOK USAHA TERNAK AYAM KAMPUNG (Studi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)

2019 
Kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam kampung di Kabupaten Sleman termasuk tinggi, yaitu 0,626 kg/kapita/tahun. Proses penanganan sepanjang jalur rantai pasok yang tidak tepat menjadikan ayam kampung mudah mengalami penurunan bobot dan kesehatan. Hal tersebut menjadi penyebab turunnya kuantitas pada setiap tingkatan rantai pasok ayam kampung. Produksi ayam kampung yang rendah akan mempengaruhi ketersediaan jumlah pasokan dari hulu sampai hilir yang dapat memberikan dampak pada tidak terpenuhinya kuantitas permintaan ayam kampung di Kabupaten Sleman. Penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi risiko yang ada pada rantai pasok ayam kampung, menganalisis struktur biaya logistik aktivitas rantai pasok dan melakukan mitigasi risiko terkait biaya logistik untuk menekan dampak risiko. Pengambilan data dilakukan dengan convenience sampling melalui indepth interview kepada pelaku rantai pasok. Lokasi penelitian di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode analisis risiko menggunakan standar ISO 31000:2009 dan perhitungan struktur biaya logistik dilakukan dengan menggunakan metode activity based cost yaitu berdasarkan aktivitas aktual yang terjadi pada setiap tier. Hasil penelitian menunjukkan rantai pasok ayam kampung terdiri atas 5 tier yaitu peternak, pengepul, pedagang besar, pengecer, dan rumah potong ayam. Risiko pada tier peternak, yaitu mengalami sakit, kematian, dan harga jual murah. Pada tier pengepul, yaitu kematian, kerusakan transportasi, kesalahan taksiran, dan penyusutan bobot. Pada tier pedagang besar, yaitu kerusakan transportasi, penyusutan bobot, dan kematian. Pada tier pengecer, yaitu mengalami sakit, dan tidak laku. Pada tier RPA, yaitu proses pengolahan dan penurunan permintaan. Biaya logistik terbesar terdapat pada aktivitas material handling sebesar 58,01%. Strategi yang direkomendasikan adalah efisiensi pada aktivitas material handling untuk dialokasikan pada aktivitas maintenace. Community needs for native chicken meat in Sleman Regency are high, which is 0.626 kg/capita/year. The handling process along improper supply chain paths makes native chickens easily experience a decrease in weight and health. This is the cause of the decline in quantity at each level of the supply chain of chicken. Low production of native chickens will affect the availability of supply from upstream to downstream which can have an impact on the non-fulfillment of the demand quantity of native chickens in Sleman Regency. This study aims to identify the risks present in the village chicken supply chain, analyze the logistics cost structure of supply chain activities and mitigate risks related to logistics costs to reduce the impact of risk. Data collecting is done by convenience sampling through in-depth interviews with supply chain actors. Research location in Sleman Regency, Special Region of Yogyakarta. The risk analysis method uses the ISO 31000: 2009 standard and the calculation of the logistics cost structure is done using the activity based cost method, which is based on actual activities that occur in each tier. The results showed that the chicken supply chain consisted of 5 tiers, namely farmers, collectors, wholesalers, retailers, and chicken slaughterhouses. Risk in tier farmers, namely experiencing illness, death, and cheap selling prices. In the tier of collectors, namely death, transportation damage, estimated errors, and weight loss. In large-scale tier, namely transportation damage, weight loss, and death. At the retail tier, that is experiencing pain, and not selling. In the RPA tier, namely the processing and decreasing demand. The largest logistics costs are found in material handling activities of 58.01%. The recommended strategy is efficiency in material handling activities to be allocated to maintenace activities.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []