Hemiballismus pada Stroke Infark Ganglia Basalis Bilateral

2016 
Latar Belakang: Gangguan gerak sering terkait dengan stroke pada orang dewasa dan cenderung membaik dalam perjalanan waktu. Sebuah studi dari 2.500 pasien stroke pertama kali ditemukan bahwa 1% mengalami gangguan gerak inset akut atau lambat. Pada kebanyakan kasus, lesi-lesi disebabkan oleh penyakit serebrovaskuler pembuluh darah kecil (small vesel) pada teritori arteri serebri media dan posterior berupa infark lakunar atau perdarahan. hemiballismus merupakan salah satu bentuk gangguan gerak terkait stroke yang jarang dijumpai. Prevalensi dan insiden hemiballismus dalam populasi belum mapan, namun tinjauan Lausanne Stroke Registry yang berbasis rumah sakit mengidentifikasi prevalensi 1% dan estimasi insiden sebesar 0,08% per tahun. Hemichorea merupakan gangguan gerak paling umum yang diikuti oleh hemichorea-hemiballismus. Ditemukan pada rentang usia 17-90 tahun dengan rerata onset pada usia 63,3 tahun. Sebagian besar kasus hemiballismus berasal dari lesi-lesi struktural pada nukleus subthalamikus dan koneksi-koneksinya. Input eksitatorik yang menuju globus pallidus pars interna hilang akibat lesi sehingga mengakibatkan berkurangnya inhibisi pada nukelus thalamus ventroanterior/ventrolateral. Semuaini akan menyebabkan hiperaktivitas motorik yang tidak terkontrol pada sisi kontralateral lesi. Tujuan: Melaporkan kasus stroke trombotik ganglia basalis bilateral dengan manifestasi hemibalismus. Laporan Kasus: Laki-laki, 49 tahun datang dengan keluhan utama gerakan tubuh yang tidak bisa dihentikan. Lengan kanan dan tungkai kanan bergerak-gerak sendiri tanpa bisa dikontrol sejak 13 hari sebelum masuk rumah sakit. Timbul secara mendadak. lidah bergerak-gerak sendiri sehingga pasien sulit makan, kadang tersedak saat makan, dan sulit bicara. Wajah sisi kanannya juga bergerak-gerak sendiri. Gerakan-gerakan ini terjadi bersamaan dengan gerakan pada lengan dan tungkai kanan. Semua gerakan tersebut berkurang saat pasien tidur. Pasien tidak memiliki riwayat stroke sebelumnya, tidak mengalami trauma kepala-leher, tidak memiliki epilepsi, dan tidak ada demam. Tidak didapatkan riwayat nyeri kepala. Tidak ada keluhan pandangan dobel. Pasien telah mengalami diabetes melitus sejak 10 tahun, namun tidak terknotrol. Riwayat hipertensi juga didapatkan. Sebelumnya pasien tidak pernah mengonsumsi obat-obat psikiatrik atau obat untuk mual. Pada pemeriksaan general selain hemiballismus tidak didapatkan abnormalitas. Pada pemeriksaan neurologis dijumpai gerakan involunter anggota badan kanan, tanpa ada gangguan sensoris dan defisit neurologis pada nervus kranialis. Pada pemeriksaan penunjang Magnetic Resonance Imaging (MRI) kepala tanpa kontras didapatkan bilateral ischemic basal ganglia. Dengan pemberian haloperidol 2x2 mg, gerakan involunter tersebut dapat berkurang. Kesimpulan: Berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan MRI kepala tanpa kontras, kasus ini adalah stroke iskemia (suspek stroke lakunar atipikal) pada ganglia basalis bilateral dengan manifestasi klinis yang jarang dijumpai berupa hemiballismus pada anggota tubuh kanan. Pemberian haloperidol pada kasus ini cukup membantu mengurangi beratnya gejala gerakan involunter.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []