KONSERVASI PENGETAHUAN LOKALTANAMAN OBAT (EMPON-EMPON)DI HUTAN RAKYAT PERBUKITAN MENOREHKULON PROGO D.I YOGYAKARTA

2013 
Perbukitan Menoreh merupakan rumah bagi penduduk etnis Jawa di Kabupaten Kulon Progo yang mengembangkan tanaman obat (empon-empon) pada sistem hutan rakyat untuk perawatan kesehatan tradisional selama ribuan tahun. Pengetahuan pengembangan empon-empon ditransmisikan oleh tradisi lisan dari generasi ke generasi yang pada beberapa dekade terakhir ini telah mengalami penurunan eksistensi karena perubahan budaya. Penelitian bertujuan untuk : 1) Menemukenali arti, defenisi, karakteristik, nilai dan norma tanaman empon-empon, 2) Mendeskripsikan pengetahuan lokal tanaman empon-empon, 3) Menjelaskan dampak pengetahuan tanaman emponempon terhadap aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, 4) Mendeskripsikan pengetahuan yang penting dilindungi dan peluang pengembangannya. Metoda dasar yang digunakan yaitu fenomenologi. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan di masyarakat Perbukitan Menoreh yang mengembangkan hutan rakyat. Pengambilan data dengan teknik multistage berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut yaitu daerah rendah (0-100 mdpl di Desa Margosari), daerah sedang (100-500 mdpl di Desa Hargo Rejo) dan daerah perbukitan (>500 mdpl di Desa Gerbosari). Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan model snowball, sehingga diperoleh 90 informan dari ketiga lokasi. Analisis dilakukan dengan pendekatan fenomenologi, selanjutnya data disampaikan dalam bentuk tabulasi, grafik dan gambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Dikenalinya arti empon-empon yang sama di kalangan etnis Jawa perbukitan Menoreh yang berarti jamu-jamuan, 2) Ditemui 17 jenis empon-empon yang dikelompokkan menjadi 2 yaitu yang terpendam ditanah dan yang tidak terpendam, 3) Terdapat eksistensi pengetahuan lokal pada wanita dengan tingkat umur yang tinggi pada wilayah dataran tinggi, 4) Terdapat dampak pengetahuan lokal yang positif pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan walaupun nilai jual empon-empon rendah, 5) Pengelolaan hutan rakyat empon-empon dibentuk atas dasar pengetahuan jenis, manfaat dan teknik budidaya sebagai bagian dari pengetahuan ekonomis-ekologis sumberdaya alam, 6) Terdapat ketergantungan manusia dengan alam khususnya di dataran tinggi yang berkontribusi pada konservasi keragaman hayati khususnya empon-empon, 7) Pola transfer yang terputus dan adanya perubahan budaya pada masyarakat dataran rendah dan sedang menjadi ancaman hilangnya pengetahuan lokal, 8) Perlindungan hukum terhadap pengetahuan dan intervensi pemerintah untuk mendorong pengelolaan budidaya empon-empon yang prospektif dan berkelanjutan menjadi program prioritas untuk dilakukan. Menoreh is a home for Javanese ethnics in Kulon Progo who has been using traditional medication plant which called empon-empon in their traditional health care system for thousand years. The knowledge has been transmitted orally to generations, but has been eroded in the last decades because of rapid cultural change. The study aimed to: 1) find and recognize the meaning, definition, characteristic, value and norm of empon-empon; 2) describe the local knowledge of empon-empon; 3) explain the impact of empon-empon knowledge to social, economy, and environment aspect; 4) describe the knowledge which is important to be protected and the opportunity to develop it. Basic method employed was fenomenology. The study had been conducted during three months in the Menoreh community with multistage technique based on the location height above sea level: low area (0-100 m in Margosari Village), mediate area (100-500 m in Hargo Rejo Village) and mountainous (>500 m in Gerbosari Village). Data was collected with snowball interview model, so that 90 respondents from those three locations were obtained. The analysis was used with fenomenology approachment, and continuously data were described with tabulations, graphs, and pictures. The results shown were: 1) the same meaning of empon-empon was recognized by the Javanese ethnics in Menoreh, which means jamu-jamuan (herbal medicine); 2) there were 17 kinds of empon-empon which grouped in two categories which are buried and non buried; 3) there was the existence of traditional knowledge on women with the high age level of the high area; 4) there was a positive traditional knowledge impact to social, economy, and environment, although the commercial value of empon-empon is low; 5) community forest management of empon-empon has been developed based on the knowledge of species, function, and breeding technique as the part of economical-ecological resources; 6) there was human dependency with nature particularly in the high land which contribute to biodiversity conservation especially empon-empon. 7) discontinue transfer pattern and the cultural change of the low and mediate land could be a threat to local knowledge extinction; 8) Knowledge and legal protection against government intervention to encourage cultivation management empon-empon prospective and continuing into priotitas program to do.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []