ANALISIS DAYA SAING DAN HARGA MINIMUM REGIONAL USAHA KECIL MENENGAH (UKM) KOPI BUBUK DI KECAMATAN KEPAHIANG KABUPATEN KEPAHIANG

2019 
Pengusaha kopi bubuk berusaha untuk mengalokasikan segala sumber daya yang dimiliki dengan sebaik-baiknya agar memperoleh keuntungan yang besar. Namun dalam mencapai keuntungan yang besar belum tentu usaha pengolahan kopi bubuk tersebut sudah efisien untuk diusahakan karena memungkinkan juga dikeluarkan biaya yang besar dalam memperoleh keuntungan yang besar. Untuk mengembangkan sektor industri agar mampu bersaing di arena yang semakin kompetitif, maka mereka harus berdaya saing tinggi. Artinya, daya saing yang didukung oleh kuatnya struktur, tingginya peningkatan nilai tambah dan produktivitas di sepanjang rantai nilai produksi serta sumber daya produktif yang dimilikinya. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang. Tujuan penelitian ini untuk: 1) untuk mengetahui daya saing secara kompetitif dan komparatif pada pengusaha kopi bubuk di Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang, 2) untuk mengetahui besarnya harga minimum regional kopi bubuk di Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang. Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha/pengrajin usaha olahan kopi di Kecamatan Kepahiang. Responden yang terdapat di Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang berjumlah 13 (tiga belas) pengusaha/pengrajin usaha kopi bubuk. Dari 13 (tiga belas) pengusaha/pengrajin usaha kopi bubuk di Kecamatan Kepahiang terdapat 6 (enam) pengusaha/pengrajin usaha kopi bubuk yang menjual produknya ke luar Kabupaten Kepahiang yaitu Dua Saudara, Cap Jempol, Rapindo Coffe, Cap Putra Coffe, Roda Dunia, dan Seroja. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi, yang merupakan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti, serta wawancara dengan pengrajin usaha kopi bubuk dengan panduan daftar pertanyaan (kuisioner). Analisis struktur biaya digunakan untuk melihat berapa persen penggunaan biaya-biaya pada saat proses produksi dan kemudian menggunakan pendekatan unit biaya yaitu menggunakan pendekatan daya saing kompetitif (domestik) dan komparatif (bayangan). Untuk masing-masing pendekatan dibedakan atas harga domestik dan harga bayangan. Harga bayangan yang digunakan adalah harga pasar di Kota Bengkulu. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata rasio unit biaya kompetitif dan komparatif daya saing kopi bubuk di Kecamatan Kepahiang adalah kurang dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa home industri kopi bubuk di Kecamatan Kepahiang memiliki daya saing yang relatif tinggi. Harga minimum regional kopi bubuk terhadap perubahan harga pada biaya variabel produksi yaitu biaya pokok produksi pada kondisi aktual adalah sebesar Rp 15.082,71 sedangkan harga minimumnya sebesar Rp 19.607,52. Apabila kenaikan harga bahan baku sebesar 5 %, pada kondisi ini biaya pokok produksi meningkat menjadi Rp 15.836,85 sedangkan harga minimumnya sebesar Rp 20.587,90. Apabila kenaikan harga bahan baku sebesar 10 %, pada kondisi ini biaya pokok produksi meningkat menjadi Rp 16.590,98 sedangkan harga minimumnya sebesar Rp 21.568,27. Apabila kenaikan harga bahan baku sebesar 15 %, pada kondisi ini biaya pokok produksi meningkat menjadi Rp 17.345,12 Untuk harga minimumnya sebesar Rp 22.548,65. Kata Kunci : Kopi Bubuk, Daya Saing, Harga Minimum Regional
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []