PERNIKAHAN MAHASISWA DITINJAU DARI PENGAMBILAN KEPUTUSAN, PYCHOLOGICAL WELL-BEING, DAN KUALITAS PERNIKAHAN

2015 
Pernikahan pada mahasiswa berbeda dengan pernikahan pada umumnya. Mahasiswa yang menikah memiliki tanggung jawab dan peran ganda. Mereka tidak hanya disibukkan dengan padatnya aktivitas akademik, tetapi juga menjalani rutinitas kehidupan berumah tangga, mengasuh anak, dan mencari nafkah. Sederet aktivitas tersebut tentu akan mempengaruhi kondisi mental dan emosional yang terkadang bermuara pada terjadinya konflik. Selain itu mereka juga harus melakukan penyesuaian-penyesuain, baik penyesuian terhadap pasangan, keluarga besar, pengelolaan keuangan, dan lingkungan sosial. Di sisi lain, dalam norma sosial masyarakat di Indonesia, pernikahan pada mahasiswa masih menempuh studi S1 bukanlah hal yang umum. Mahasiswa yang menikah umumnya dipandang negatif oleh masyarakat. Mereka khawatir dan meragukan kesiapan mahasiswa untuk hidup berkeluarga, baik dari segi mental, finansial, maupun sosial. Penelitian itu bertujuan untuk mengungkap bagaimana dinamika pengambilan keputusan menikah pada mahasiswa S1. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui bagaimana kondisi psychological well-being dan kualitas pernikahan yang dijalani. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa keinginan menikah pada mahasiswa berasal dari dalam diri sendiri, faktor keluarga, komunitas, dan kesiapan menikah menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya terdapat perbedaan kondisi psychological well-being pada masing-masing responden. Terakhir, responden mempunyai evaluasi yang cukup baik terhadap kondisi pernikahan yang telah dijalani. Marriage in college students is generally different than common marriage. Married students have responsibility and double role. They are, not only have responsibility to finish their academic activity, they have to manage their family, take care their children, and get income for their family. Those activities surely will make a burden for the mental and emotional states, which can lead to conflict with his or her spouse. Besides that, they must make some adjustment, with their spouse, their extended family, financial management, and social environment. On the other hand, Indonesian social norm rarely allowed marriage for college students that have not finished yet their bachelor study. Married college students usually viewed negatively by society, because society are doubted their readiness to live a family life, based on mental, financial, or social consideration. This study was aimed to investigate how the dynamic on decision making in bachelor college students. Besides that, researcher tries to finding out description of their psychological well-being and the marital quality. This study use qualitative approach with case study method. The results showed desire to marry in college students come from their selves, their family, community, and their readiness as factor to make a decision. The other results showed different psychological well-being in each respondent. Nevertheless, each respondent evaluated their marriage positively.
    • Correction
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []