HUBUNGAN FAKTOR BUDAYA ORANGTUA DENGAN KEJADIANSTUNTING PADA BALITA USIA 12-59 BULAN DI DESA KETAPANGKECAMATAN SUSUKAN : TINJAUAN DARI BEBERAPA ARTIKEL

2020 
Latar Belakang: Stunting merupakan sesuatu kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi pada periode kritis dari proses tumbuh kembang mulai janin. Stunting didefinisikan sebagai kondisi anak dimana tinggi badan menurut umur berada dibawah -2 standar deviasi dari standar median WHO. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor budaya orangtua dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan di Desa Ketapang Kecamatan Susukan. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan meta analisis dengan merangkum berbagai hasil penelitian secara kuantitatif. Artikel yang dianalisis berjumlah 5 jurnal yang terdiri dari 3 jurnal indonesia dan 2 jurnal international. Hasil: Dari lima artikel, ada dua artikel yang secara spesifik membahas tentang faktor budaya yaitu artikel Nurbiah, dkk (2019) dengan hasil faktor budaya berupa tabu makanan dan pemberian makanan prelaktal pada bayi baru lahir yang menjadi penyebab stunting dan penelitian Rizky Kurnia Illahi dan Lailatul Muniroh (2015) dengan hasil faktor budaya berupa pantangan makan cumi-cumi dan ikan pari, serta pantangan makan makanan yang dianggap bersifat panas yang menjadi penyebab terjadinya stunting. Kesimpulan : Berdasarkan ulasan artikel maupun jurnal yang penulis paparkan, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara faktor budaya orangtua dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan. Saran: Diharapkan bagi orangtua agar lebih memperhatikan nutrisi yang dibutuhkan oleh anak terlepas dari budaya yang ada di masyarakat, sehingga dapat mencegah terjadinya stunting. Kata Kunci : Stunting, Faktor Budaya Kepustakaan : 25 (2005-2019)
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []