MORFOLOGI DAN RASIO PLASENTAPADA PREEKLAMSIA-EKLAMSIAPengaruhnya terhadap pertumbuhan janindan outcome bayi baru lahir
1999
Preeklamsia-Eklamsia (PE) merupakan penyebab utama kematian ibu yang paling sulit dikelola. Hal ini dikarenakan sampai sekarang etiologi dan patogenesisnya belum diketahui secara pasti. Awal dari timbulnya PE diduga disebabkan oleh penurunan perfusi uteroplasenter. Penurunan perfusi uteroplasenter ini selain dapat berpengaruh terhadap morfologi plasenta juga dapat berdampak buruk terhadap pertumbuhan janin dan outcome bayi barn lahir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui morfologi dan rasio plasenta pada PE serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan janin dan outcome bayi baru lahir. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian menggunakan studi kohort prospektif dengan pembanding kehamilan normal.
Didapatkan rata-rata ± simpang baku berat plasenta pada PE tidak berbeda dengan kelompok pembanding (547.75 ± 111.71 vs 541.25 ± 88.93 gr) sedangkan kejadian infark plasenta ditemukan pada 25% kasus PE. Kejadian infark plasenta ini 3.33 kali lebih tinggi pada PE dibanding kejadian infark plasenta pada kelompok pembanding. Gambaran histologi plasenta pada PE menunjukkan perubahan berupa unevenly accelerated Wilms maturation yang membuktikan bahwa pada PE terjadi penurunan perfusi uteroplasenter. Nilai rasio plasenta pada PE juga terbukti lebih tinggi dibanding nilai rasio plasenta pada pembanding (0.20 vs 0.17). Rata-rata ± simpang baku berat badan bayi ba' lahir pada PE lebih rendah dari kelompok pembanding (2716.25 ±. 663.94 vs 3125.25 ± 348.54) dengan kejadian PJT pada PE 5.0 kali lebih tinggi. Perhitungan regresi logistik ganda menunjukkan bahwa morfologi dan rasio plasenta berpengaruh terhadap kejadian PJT pada PE bila berat plasenta rendah dan nilai rasio plasenta tinggi. Rata-rata ± simpang baku skor Apgar menit pertama pada PE juga lebih rendah dari kelompok pembanding (6.85 ± 3.02 vs 9.48 ± 1.24) dengan kejadian Asfiksia pada bayi barn lahir pada PE 6.5 kali lebih tinggi. Terhadap kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir ini, dengan perhitungan regresi logistik ganda, morfologi dan rasio plasenta tidak berpengaruh.
Simpulan dari basil penelitian ini adalah bahwa pada PE : lebih banyak didapatkan kelainan morfologi plasenta berupa infark dan perubahan gambaran histologi, nilai rasio plasenta lebih tinggi, kejadian PJT dan Asfiksia pada bayi ba' lahir juga terbukti lebih tinggi dari kelompok pembanding. Pada PE, morfologi dan rasio plasenta berpengaruh terhadap kejadian PJT bila berat plasenta rendah dan nilai rasio plasenta tinggi, sedangkan terhadap kejadian Asfiksia pada bayi ba' lahir, morfologi dan rasio plasenta tidak berpengaruh.
Bertitik tolak dari hasil penelitian ini maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melihat beberapa parameter lain misalnya pemeriksaan kadar zat vasoaktif, imunohistokimia plasenta dan USG Doppler dalam upaya untuk lebih memahami patogenesis dan patofisiologi PE. Disamping itu juga perlu dilakukan penelitian pada PE berkaitan dengan upaya pencegahan, skrining/deteksi dini serta pencegahan terhadap komplikasi yang lebih buruk. Semua upaya tersebut adalah dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin.
Keywords:
- Correction
- Source
- Cite
- Save
- Machine Reading By IdeaReader
0
References
0
Citations
NaN
KQI