Pengendalian hayati penyakit busuk pelepah (Rhizoctonia SOlani) pada jagung dengan jamur mikoriza arbuskular

2007 
Penyakit busuk pelepah disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani dan merupakan penyakit penting pada jagung. Pengendalian hayati dengan menggunakan jamur mikoriza arbuskular (MA) dapat menekan perkembangan penyakit tular tanah terutama penyakit busuk pelepah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jamur MA yang efektif dan berpotensi sebagai pengendali hayati penyakit busuk pelepah pada jagung yang disebabkan oleh jamur R. solani. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca dan di lapangan. Percobaan di rumah kaca menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan tiga ulangan. Tanah yang digunakan untuk penelitian pot disterilkan lebih dulu dengan fumigasi metil bromida. Tanah yang digunakan 5 kg yang dimasukkan ke dalam pot, dan pupuk yang digunakan adalah SP 36 diberikan sesuai perlakuan, KCl 25 mg dan Urea 25 mg/pot. Penelitian di lapangan menggunakan rancangan petak-petak terpisah, petak utama adalah perlakuan varietas, anak petak adalah perlakuan mikoriza dan tanpa mikoriza, anak-anak petak adalah inokulasi R.solani dan tanpa R. solani. Luas plot yang digunakan 4 m x 6 m dengan jarak tanam 50 cm x 75 cm, pemupukan tanaman menggunakan Urea 240 g/plot, KCl 240 g/plot dan SP36 120 g/plot. Inokulasi jamur MA pada saat tanam dan inokulasi jamur R. solani pada 30 hari setelah tanam. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh enam jenis jamur MA, setelah diuji efektivitasnya terbukti yang paling efektif adalah Glomus sp. dan Acaulospora mellea, dan varietas yang tanggap terhadap jamur MA adalah varietas Wisanggeni dan galur GM 30. Perbedaan pemberian dosis P pada jagung, sehingga jika tanaman diinokulasi jamur MA dapat berkembang secara optimal, dan aplikasi P dengan dosis 22,5 kg P2O5/ha sudah meningkatkan pertumbuhan tanaman dan serapan P. Inokulasi jamur MA dengan berat inokulum 20 – 30 g dapat menekan intensitas penyakit busuk pelepah dan penekanannya sebesar 27,78 – 55,05%. Ratarata infeksi jamur MA pada perakaran dan jumlah spora mengalami penurunan, apabila tanaman juga diinokulasi R. solani. Pada jaringan batang dari jagung yang diinokulasi R. solani lebih berat kerusakannya dibanding yang diinokulasi R. solani dan mikoriza walaupun gejalanya sama terjadi nekrosis, sedang pada jaringan akar yang diinokulasi R. solani dan mikoriza tidak terjadi kerusakan, tetapi yang diinokulasi R. solani saja terjadi perubahan pada sel-selnya. Tanaman jagung yang terinfeksi jamur MA kandungan fenolnya sangat rendah yaitu 0.03 – 0,09 ppm dan senyawa fenol tersebut adalah flafonoid. Jaringan akar yang dianalisis kandungan lignin secara kimiawi tidak terdeteksi, kemungkinan karena kandungannya sangat rendah, tetapi dengan melakukan pengirisan dan pewarnaan dengan phloroglucinol terlihat terjadi lignifikasi pada sel parenkim di bagian korteks. Pemberian P dengan konsentrasi tinggi yaitu 135 kg P2O5/ha tidak dapat menekan penyakit busuk pelepah, walaupun kandungan P dalam tanaman meningka. Tanaman yang diinokulasi oleh R.solani pada 10 – 20 hari setelah tanam, ternyata jamur MA belum mampu menekan perkembangan penyakit busuk pelepah. Penurunan penyakit busuk pelepah di lapangan setelah diinokulasi jamur MA pada varietas Wisanggeni adalah 23,21 – 25,90%, dan GM30 16,70 – 18,41%. Pengamatan produksi pada berat tongkol maupun berat biji ternyata jamur MA dapat meningkatkan produksi, walaupun tanaman terserang jamur R. solani. Pada varietas Wisanggeni peningkatan berat tongkol mencapai 37,89 – 42,52%, sedang peningkatan berat biji yaitu 50,93 – 65,52%, pada galur GM 30 baik yang diinokulasi Glomus sp. atau A. mellea peningkatan berat tongkolnya adalah 35,46 –50,14%, sedang peningkatan berat biji 43,92 – 48,59%. Sheath blight caused by Rhizoctonia solani is an important disease for corn. Biological control using arbuscular mycorrhizal (AM) fungi presumably can reduce expansion of the soil borne disease, especially sheath blight. The objective of the present study is to obtain effective arbuscular mycorrhozal fungi as biological control the sheath blight which is caused by R. solani in the corn plant . The experiments were carried out in the laboratories, green house and field. Several pot experiments was factorially arranged in completely randomized design with three replications. Prior for being used, soil was fumigated using methyl bromide. Soil was placed in pots (5 kg of soil per pot), and fertilizer application were urea, KCl and P as treatment prescribed to each pot A field experiment was arranged in split-split plot design with three replications. The treatment of main plot was variety, subplot was mycorrhizal and sub-sub plot R. solani inoculation. Plot size was 4 m x 6 m and plant spacing 50 cm x 75 cm. Fertilizer application was as recommended. Data observed were disease intensity and production The result showed among the six types of AM fungi tested, the most effective ones were Glomus sp. and Acaulospora mellea, while the maize gene types which were most responsive to AM fungi were Wisanggeni variety and GM 30 line. Phoshate fertilizer of different dosages for maize was based on the criteria that if the corn was infected by AM fungi, and application of P with doses 22,5 kg P2O5 kg/ha might increase plant growth and P uptake. Inoculation of AM fungi with 20 – 30 g inoculum weight effected the infection extent of sheath blight by reducing reach up to 27,78 – 55,05%. The level of AM infection in the root and spore population of AM fungi decreased due to the sheath blight infestation. The damage of the stalk tissue of plants infected by R. solani was more acute than in the plant infected by both R. solani and AM fungi even they had the same symptom, i.e. an necrosis at their stalk tissue. The root tissue infected by both R. solani and AM fungi was not damaged, except that the infection of R. solani changed the cell. The corn plant infected by AM fungi had a little bit higher content of phenol compound range of little, that was 0.03 – 0.09 ppm which included flavonoid The content of structure lignin of the corn root chemically by was not detected. On the other hard its slices when colored using phloroglucinol the lignification was found occurred at parenchim part. Phosphate fertilizer application with height concentration could not control sheath blight disease, although P uptake increased in the plant. AM fungi Infected could not reduce sheath blight if inoculation of R. solani occurred ten days after planting. The decrease of sheath blight disease in the field after AM fungus inoculation might reach up to 23.21 – 25.90% in Wisanggeni variety while in GM30 line 16.70 – 18.41%. AM fungi could increase corn production where the increase in Wisanggeni variety for ear weight reached 37.89 – 42.52% for seed weight was 50.93 – 65.52%. whereas in the GM 30 line the increase of ear part was 35.46 – 50.14% while the increase of seed weight was 43.92 – 48.59%.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []