KAJIAN DIALEKTOLOGI:PERBANDINGAN KOSAKATA REGISTER WISATA DIENGDI PERBATASAN DIALEK BANJARNEGARA DAN DIALEK WONOSOBO

2011 
Penelitian berjudul Kajian Dialektologi: Perbandingan Kosakata Register Wisata Dieng di Perbatasan Dialek Banjarnegara dan Dialek Wonosobo ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan fonetis dan perbedaan semantis kosakata register wisata Dieng yang dituturkan oleh juru kunci, penjual souvenir, dan penjaja makanan di objek wisata Dieng. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatf komparatif sinkronis. Dalam penelitian ini digunakan 3 tahap penelitian yaitu (1) tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis data. Dalam penyediaan data digunakan metode simak dengan teknik dasarnya yaitu teknik sadap dan teknik lanjutannya yaitu teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik rekam, dan teknik catat. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan metode padan sebagai teknik dasarnya yaitu teknik pilihan unsur penentu (PUP) dengan teknik lanjutan teknik hubung banding membedakan (HBB). Dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode penyajian informal, yaitu cara perumusan menggunakan kata-kata dan kalimat. Adapun hasil penelitian ini adalah perbedaan kosakata register wisata Dieng dialek Banjarnegara dengan kosakata reegister wisata Dieng dialek Wonosobo meliputi perbedaan fonetis dan perbedaan semantik. Perbedaan Fonetis. Perbedaan fonetis kosakata register wisata Dieng dialek Banjarnegara dengan dialek Wonosobo terjadi pada vokal, konsonan, kata berimbuhan, dan suku kata. Gejala bahasa yang terdapat dalam penelitian ini meliputi: (a) penambahan fonem yaitu pada awal kata (protesis), tengah kata (epentesis), dan akhir kata (pararog); (b) penghilangan fonem juga terjadi pada awal kata (aferesis), tengah kata (sinkop), dan akhir kata (apokop); (c) gejala penggantian fonem, yang dalam penelitian ini terjadi hanya di tengah kata dan akhir kata. Gejala penambahan dan penghilangan fonem tersebut terjadi pada vokal, konsonan, prefiks (pe-), dan terjadi pada suku kata. Kemudian penggantian fonem di tengah kata yang terjadi pada vokal meliputi penggantian vokal tinggi bawah depan tak bulat [I] menjadi vokal tinggi atas depan tak bulat [i], penggantian vokal tinggi atas belakang bulat [u] menjadi vokal madya bawah belakang [ כ], penggantian vokal tinggi bawah belakang bulat [U] menjadi vokal tinggi atas belakang bulat [u], penggantian vokal madya atas depan tak bulat [e] menjadi vokal madya bawah rendah tak ulat [e], penggantian vokal madya tengah tak bulat [ə] menjadi vokal madya atas depan tak bulat [e]. penggantian fonem konsonan yang terjadi di tengah kata hanya terjadi pada konsonan hambat letup glotal hamzah tak bersuara [?] menjadi konsonan hambat letup dorsovelar tak bersuara [k]. selanjutnya penggantian fonem vokal yang lain pada umumnya berupa penggantian fonem madya atas belakang bulat [o] pada dialek Wonosobo menjadi fonem vocal rendah bawah depan tak bulat [a] pada dialek Banjarnegara. Selain itu juga ditemukan adanya kosakata yang mengalami dua bentuk gejala bahasa yaitu gejala penambahan fonem dan gejala penghilangan fonem. Perbedaan Semantis berupa pemberian nama yang berbeda untuk referen/konsep yang sama di beberapa tempat yang berbeda atau disebut juga dengan sinonim yang meliputi sinonim arbitrer dan sinonim nonarbitrer. Sedangkan Bentuk homonym tidak ditemukan dalam penelitian ini.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []