PENGGUNAAN AMPAS TAHU TERHADAP KOMPONEN KARKAS ENTOK (Muscovy duck) UMUR 10 MINGGU

2017 
PENGGUNAAN AMPAS TAHU TERHADAP KOMPONEN KARKAS ENTOK (Muscovy duck) UMUR 10 MINGGU. (Fitri Ayu Damayanti, dibawah bimbingan Ir. Hidayat, M.Sc dan Ir. Desia Kaharuddin, MP. 2016. 48 halaman). Bertambahnya jumlah penduduk dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya manfaat protein bagi tubuh khususnya manfaat dari protein hewani sehingga permintaan daging dari tahun ke tahun semakin bertambah pula. Pemenuh kebutuhan daging yang banyak biasanya berasal dari daging sapi, kambing dan unggas, namun ketersediaan daging unggas yang berasal dari entok masih sedikit. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan ternak unggas sebagai penghasil daging seperti entok. Entok merupakan jenis itik lokal yang biasa juga dikenal sebagai itik manila. Entok (itik manila) merupakan itik penghasil daging. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi komponen karkas entok setelah diberi pakan alternatif berupa ampas tahu dengan level yang berbeda yaitu, 30%, 35% dan 40%. Penelitian dilaksanakan di Commercial Zone Animal and Laboratory (CZAL) Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu pada bulan November 2015 sampai Januari 2016. Materi yang digunakan yaitu 64 ekor entok umur 15 hari. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, 16 ulangan dan setiap ulangan terdiri 1 ekor entok, sementara untuk penelitian karkas menggunakan sampel 8 ekor per perlakuan sehingga total sampel 32 ekor. P0: pakan kontrol, P1: ransum dengan ampas tahu 30%, P2: ransum dengan ampas tahu 35% dan P3: ransum dengan ampas tahu 40%. Ransum dibuat dengan energy dan protein yang sama yaitu 3000 kkal/kg dan 16%. Data dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA) dan bila berpengaruh nyata (P 0,05) terhadap persentase karkas, persentase potongan karkas bagian dada, bagian sayap dan bagian punggung, meat bone ratio bagian paha dan susut masak bagian paha, tetapi memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap bobot hidup dan bobot karkas, persentase potongan karkas bagian paha, meat bone ratio bagian dada dan cooking loss bagian dada entok. Rata–rata hasil penelitian pada P0, P1, P2 dan P3 secara berurutan untuk bobot hidup masing – masing yaitu 1727,50 g, 1220 g, 1074 g dan 948,75 g; bobot karkas 988,50 g, 680,13 g, 594,50 g dan 499,63 g; persentase karkas yaitu 57,32%, 55,71%, 55,27% dan 52,51%; persentase paha yaitu 29,12%, 31,61%, 30,23% dan 29,19%; persentase dada yaitu 19,06%, 20,07%, 20,88% dan 21,09%; persentase sayap yaitu 20,77%, 17,49%, 17,26% dan 17,39%; persentase punggung yaitu 31,04%, 32,47%, 31,63% dan 32,32%; meat bone ratio paha yaitu 3,49, 3,32, 3,27 dan 2,52, meat bone ratio dada yaitu 2,45, 1,82, 1,65 dan 1,49; persentase cooking loss paha yaitu 28,53%, 25,62%, 26,37% dan 37,14%; persentase cooking loss dada yaitu 43,07%, 33,58%, 39,16% dan 44,03%. Penggunaan ampas tahu dalam ransum mulai dari 30% secara nyata menurunkan bobot hidup dan bobot karkas entok umur 10 minggu, namun tidak menghasilkan perbedaan pada persentase karkas. Penggunaan ampas tahu sampai level 40% dalam ransum memberikan pengaruh nyata terhadap persentase potongan karkas bagian paha, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase dada, sayap dan punggung. Penggunaan ampas tahu sampai level 40% memberikan pengaruh yang nyata terhadap meat bone ratio bagian dada dan cooking loss bagian dada entok. (Program Studi produksi Ternak Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, 2016).
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []