MAKNA “SILAS” MENURUT KEARIFAN BUDAYA SUNDA PERSPEKTIF FILSAFAT NILAI: RELEVANSINYA BAGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN

2013 
Makna silih asih, silih asah, silih asuh (Silas) sebagai kearifan budaya Sunda mengandung nilai keharmonisan dalam membangun kualitas kemanusiaan, sehingga digunakan sebagai metode pemberdayaan masyarakat miskin. Dalam perspektif filsafat nilai, makna nilai tersebut memiliki relevansi bagi pemberdayaan masyarakat miskin, karena secara sistematika filsafat menunjukkan bahwa, silih asih mengandung makna nilai ontologis, silih asah mengandung makna nilai epistemologis, dan silih asuh mengandung nilai aksiologis. Pada hakikatnya, manusia miskin diakibatkan oleh ketidakberdayaan mengoptimalkan fungsi susunan hakikat kodrat berupa jiwa (akal, rasa, karsa) dan raganya melalui kehidupannya, sehingga dibutuhkan transformasi nilai pemberdayaan dalam hakikat kodrat manusia yang menjadi subtansi dasarnya. Esensi makna nilai Silas bersifat universal sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang digunakan sebagai metode pemberdayaan masyarakat miskin dengan memiliki ciri-ciri berfikir kefilsafatan, bersifat konseptual, runtut, dan sistematis. Dalam menginternalisasikan makna tersebut, ternyata lebih kondusif pada masyarakat perdesaan daripada perkotaan, tetapi menghadapi kendala mulai tergerusnya nilai tersebut dalam akulturasi dengan budaya luar, sehingga dibutuhkan refungsionalisasi makna Silas dengan melakukan redefinisi dalam dimensi kekinian dan tidak mengubah kandungan subtansi nilainya yang disosialisasikan kepada masyarakatnya.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    3
    Citations
    NaN
    KQI
    []