Peran pengelola Museum Gubug Wayang dalam melestarikan nilai-nilai budaya di Mojokerto / Kurnia Lestari

2020 
i ABSTRAK Lestari, Kurnia 2018. Peran Pengelola Museum Gubug Wayang Dalam Melestarikan Nilai-Nilai Budaya di Mojokerto. Skripsi. Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si., (II) Dr. Sutoyo, S.H, M.Hum. Kata Kunci: museum, melestarikan, nilai, budaya Kebudayaan merupakan suatu identitas yang dapat menunjukkan ciri dan jati diri suku bangsa. Kebudayaan merupakan salah satu bidang yang sangat rentan terhadap berbagai bentuk ancaman, salah satunya adalah ancaman globalisasi. Oleh karena itu kebudayaan patut dijaga. Mengingat budaya mengandung nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat sejak lama. Berkaitan dengan itu, maka penulis mengangkat judul peran pengelola Museum Gubug Wayang dalam melestarikan nilai-nilai budaya di Mojokerto. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui: (1) latar belakang berdirinya Museum Gubug Wayang, (2) ragam budaya yang dikelola di Museum Gubug Wayang, (3) nilai-nilai budaya yang terdapat di Museum Gubug Wayang, (4) peran pengelola Museum Gubug Wayang dalam melestarikan nilai-nilai budaya di Mojokerto, (5) kendala yang dihadapi pengelola Museum Gubug Wayang dalam melestarikan nilai-nilai budaya di Mojokerto, dan (6) upaya yang dilakukan oleh pengelola Museum Gubug Wayang dalam mengatasi kendala. Penelitian ini menggunakan pendekatan dan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen penelitian. Peneliti memilih lokasi penelitian di Museum Gubug Wayang yang terdapat di Kota Mojokerto. Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sumber data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan sumber data sekunder yang diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan tiga teknik yang meliputi teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Pengecekan keabsahan data yang digunakan oleh peneliti, yaitu perpanjangan keikutsertaan, meningkatkan ketekunan, dan triangulasi (triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu). Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti, hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, latar belakang berdirinya Museum Gubug Wayang adalah atas dasar kecintaan Bapak Sendjojo Njoto selaku pemilik museum terhadap budaya asli Indonesia dan keinginan untuk mempersatukan bangsa melalui budaya. Kedua, ragam budaya yang dikelola oleh Museum Gubug Wayang meliputi boneka Si Unyil, wayang kulit purwa Yogyakarta, Solo, Cirebon, Jawa Timuran atau Jek Dong, wayang klithik, wayang rahayu pawarta, wayang sodo, wayang pring, pusaka keris dan tombak, topeng, wayang potehi, seperangkat gamelan lengkap, wayang lontar, wayang beber, wayang gelar, relief ramayana, wayang kulit wahyu, wayang suket, wayang kulit kancil, wayang kulit garuda atau Pancasila, ii wayang golek thengul, wayang golek Tegal, wayang golek Cirebon, wayang kulit Bali, wayang kulit Lombok, batik, wayang golek cepak atau papak, wayang golek betawi, wayang golek Bandung Klasik, wayang golek menak Jawa Tengah, wayang golek Sunda, wayang golek Bogor Klasik, wayang golek aktor, alat musik pengiring wayang potehi dan panggung untuk pertunjukan wayang potehi, dan wayang gedhog. Ketiga, nilai-nilai budaya yang terdapat di Museum Gubug Wayang meliputi nilai religius, nilai filosofi, nilai etis, nilai estetis dan nilai ekonomis. Nilai religius yang terdapat di Museum Gubug Wayang dapat dilihat dalam tembang macapat yang dilantunkan oleh Paguyuban Macapat Pudhak Wangi Mojokerto, cerita ramayana, dan keris. Nilai filosofi yang terdapat di Museum Gubug Wayang dapat ditemukan pada wayang, keris, macapat, dan batik. Nilai etis yang terdapat di Museum Gubug Wayang dapat ditemukan pada tembang macapat, wayang, dan cerita ramayana. Nilai estetis yang terdapat di Museum Gubug Wayang dapat ditemukan pada wayang, topeng, keris, batik, relief, boneka Si Unyil, gamelan, dan alat musik pengiring wayang potehi. Nilai ekonomis yang terdapat di Museum Gubug Wayang dapat dilihat pada tiket yang harus dibayar oleh pengunjung museum. Keempat, peran pengelola Museum Gubug Wayang dalam melestarikan nilai-nilai budaya di Mojokerto adalah mengumpulkan, memelihara, dan memamerkan ragam budaya Indonesia serta menyelenggarakan kegiatan edukasi dan hiburan. Kegiatan edukasi tersebut meliputi workshop atau pelatihan membuat wayang kardus/karton, pengenalan wayang ke sekolah-sekolah dasar di Mojokerto, dan pelatihan karawitan. Sedangkan kegiatan hiburan yang terdapat di Museum Gubug Wayang adalah kegiatan macapat, dan pertunjukan wayang potehi. Kelima, kendala yang dihadapi oleh pengelola Museum Gubug Wayang dalam melestarikan nilai-nilai budaya, meliputi terbatasnya lokasi untuk memamerkan ragam budaya yang menjadi koleksi Museum Gubug Wayang dan kurangnya minat masyarakat untuk mempelajari ragam budaya yang terdapat di Museum Gubug Wayang. Keenam, dalam menghadapi kendala tersebut, pengelola Museum Gubug Wayang telah melakukan beberapa upaya, yaitu dengan memamerkan sebagian koleksi yang dimiliki, sedangkan sebagian koleksi disimpan di gudang penyimpanan dan peti. Kemudian mengenalkan Museum Gubug Wayang beserta ragam budaya yang menjadi koleksi dengan memanfaatkan media sosial seperti instagram dan website, mengikuti acara kebudayaan, yaitu kirab budaya, dan melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dasar di Mojokerto.
Keywords:
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []