Karsinoma merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia dan di Indonesia. Salah satu
karsinoma dengan manifestasi tinggi di Indonesia adalah karsinoma nasofaring sehingga
diperlukan suatu agen biomarker untuk diagnosa dini pada karsinoma. MicroRNA merupakan
salah satu kandidat biomarker yang potensial. Dalam perkembangannya diketahui salah satu
miRNA yang berperan dalam patogensis karsinoma nasofaring adalah miR-141 yang berperan
sebagai oncomir dan dapat menekan ekspresi mRNA PTEN yang berperan dalam melakukan
defosforilasi PIP3 menjadi PIP2 sehingga Akt tidak teraktivasi dan proliferasi tidak terjadi. Selain
itu, keduanya juga berperan dalam terjadinya resistensi cisplatin.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ekspresi miR-141 dan mRNA PTEN
pada plasma darah pasien karsinoma nasofaring dibandingkan dengan kontrol sehat serta
mengetahui hubungan dari keduanya pada plasma darah pasien karsinoma nasofaring serta
mengetahui tingkat ekspresi miR-141 dan mRNA PTEN pada pasien pre dan post terapi.
Penelitian dilakukan secara in silico untuk menganalisis prediksi interaksi miR-141 dengan
mRNA PTEN, selanjutnya dilakukan penelitian laboratoris untuk menganalisis tingkat ekspresi
miR-141 dan mRNA PTEN dibandingkan dengan kontrol sehat. Analisis ekspresi dilakukan
menggunakan qRT-PCR dengan miR-16 dan beta aktin sebagai reference gen. Analisa hubungan
miR-141 dan mRNA PTEN dilakukan melalui uji chi square menggunakan SPSS.
Hasil menunjukkan 21 sampel dari 46 sampel menunjukkan adanya ekspresi dari miR-141.
Ekspresi miR-141 mengalami kenaikan (up regulated) sebesar 1,49 (pvalue:0,075, t-test two tailed)
pada plasma darah pasien karsinoma nasofaring dibandingkan dengan kontrol sehat. Ekspresi
mRNA PTEN mengalami penurunan (down regulated) sebesar 0.65 (pvalue : 0.323, t-test two tailed)
pada plasma darah pasien karsinoma nasofaring dibandingkan dengan kontrol sehat serta terdapat
hubungan antara miR-141 dengan mRNA PTEN (pvalue : 0,001). Tidak terekspresinya miR-141 di
duga karena adanya interaksi antara pre-miR-141 (in silico) dengan EBV-miR serta tidak
tereskpresinya Dicer. Tingkat Ekspresi miR-141 sebsesar : 0,61 , pvalue: 0,09. Tingkat ekspresi
mRNA PTEN pada pasien pre dan post terapi 0,5, pvalue : 0,09.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara miR-141
dengan mRNA PTEN. Peran miR-141 sebagai oncomir dapat menekan ekspresi mRNA PTEN
pada proses pasca transkripsi. Serta dimungkinkan adanya resistensi
Cancer or carcinoma is one of the deadliest diseases in the world and in Indonesia. One
of the manifestations of carcinoma in Indonesia is nasopharyngeal carcinoma necessitating an
agent biomarker for early diagnosis of carcinoma. MicroRNA is a potential biomarker candidates.
In previous study, miR-141 acts as oncomir in nasopharyngeal carcinoma and can suppress the
expression of mRNA PTEN. Both of them have acts in cisplatin resistance.
The purpose of this study was to determine the expression profile of miR-141 and mRNA
PTEN in blood plasma of nasopharyngeal carcinoma patients compared to healthy controls and
to know the relationship of the two in nasopharyngeal carcinoma. Then, this study is determine
the expression profil of miR-141 and mRNA PTEN in patient pre and post theraphy.
The study was conducted by in silico prediction to analyze the interaction of miR-141 with
mRNA PTEN, further research laboratory to analyze the expression level of miR-141 and mRNA
PTEN compared with healthy controls. Expression analysis was performed using qRT-PCR with
miR-16 and beta-actin as reference genes. Analysis of the relationship miR-141 and PTEN mRNA
done through the chi square test using SPSS.
Results showed out of 21 sample from 46 samples showed expression of miR-141.
Expression of miR-141 increased (up regulated) of 1,49 (pvalue: 0,075, two-tailed t-test) in the
blood plasma of nasopharyngeal carcinoma patients compared with healthy controls. PTEN
mRNA expression decreased (down-regulated) of 0,65 (pvalue: 0,323, two-tailed t-test) in the
blood plasma of nasopharyngeal carcinoma patients compared with healthy controls and there is
the relationship between miR-141 with mRNA PTEN (pvalue: 0,001). Not expressed miR-141 may
be caused by the interaction between pre-miR-141 (in silico) with EBV-miR and Dicer did not
expressed. Expression of miR-141 in pre and post therapy patient is down regulated (0,61, pvalue:
0,09) and expression of mRNA PTEN in pre and post therapy is down regulated (0,5, pvalue: 0,09).
Based on the results of the study concluded that there is a relationship between miR-141
with mRNA PTEN. The role of miR-141 as oncomir can suppress the expression of mRNA PTEN
in post-transcriptional processes. Decreasing Mrna PTEN in patient pre and post theraphy may
caused by cisplatin resistance.
Ekstrak rimpang B. pandurata telah diketahui mempunyai aktivitas
sitotoksik, anti-proliferatif, menginduksi apoptosis, antioksidan, anti-inflamasi,
dan anti-aging. Aktivitas tersebut menunjukkan bahwa ekstrak B. Pandurata
berpotensi dikembangkan sebagai agen kemoprevensi untuk melindungi kulit dari
kerusakan termasuk kanker kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
ekstrak tersebut dalam aktivitasnya sebagai antioksidan, antiinflamasi, stimulasi
sistem imun, dan proteksi kerusakan DNA pada model kanker kulit mencit yang
dipapar ultraviolet-B. Parameter yang diamati adalah ekspresi protein: Cu, Zn-
SOD, COX-2, IL-!), IL-12, dan CPDs, serta parameter tumorigenesis pada kulit
yang meliputi tebal lipatan kulit punggung, tebal epidermis, survival time,
insidensi, dan multiplasitas tumor.
Rimpang B. pandurata diambil dari Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut alkohol 90%,
ekstrak dikuantifikasi menggunakan TLC scanner dengan marker aktif
pinostrobin. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu uji in vitro pada sel
kanker untuk mengetahui aktivitas sitotoksik, antiproliferatif, dan induksi
apoptosis, dilanjutkan uji in vivo dengan paparan akut UV-B untuk melihat
mekanisme aktivitas antikanker, dan paparan kronik untuk melihat pengaruhnya
pada tumorigenesis. Uji sitotoksik dan antiproliferasi dilakukan dengan metode
MTT pada sel kanker HeLa dan sel Vero, uji apoptosis dilakukan dengan metode
pewarnaan ganda etidium bromida dan akridin oranye. Pada uji in vivo digunakan
hewan uji mencit Balb/c yang dibagi dalam 6 kelompok perlakuan yaitu kontrol
negatif (air minum+UV-B), plasebo (pelarut ekstrak+UV-B), dan kelompok yang
mendapat 20, 40, dan 60 mg ekstrak/kg BB/hari +UVB). Pemberian ekstrak
secara oral dimulai 14 hari sebelum paparan sampai terminasi. Ekspresi Cu, Zn-
SOD, COX-2, IL-10 dan IL-12 serta CPDs diamati pada jam ke 0, 2, 24, 48, dan
72 jam pascapaparan akut UV-B (1395mJ/m2). Pada setiap time point pengamatan
hewan uji diterminasi, diambil sayatan kulit punggung untuk dibuat sediaan
histologis dengan pewarnaan imnunohistokimia, kemudian dianalisis secara
semikuantitatif menggunakan image analyzer software ImageJ. Uji tumorigenesis
dilakukan dengan paparan kronik UV-B (465mJ/m2/hari) sebanyak 60 kali
paparan, pertumbuhan nodul tumor dianalisis dengan analisis survival Kaplan
Meier.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ETBP (mengandung pinostrobin
0,49%) mempunyai aktivitas sitotoksik (IC50 = 56µg/mL), menghambat proliferasi
dan menginduksi apoptosis pada sel kanker serviks HeLa. Pada hasil uji in vivo
ETBP yang diberikan secara oral menunjukkan aktivitas kemoprevensi dengan
dosis optimum 60mg/kg BB/hari. Pada dosis ini mampu menyebabkan down
regulate ekspresi COX-2 sebesar 43%, IL-10 sebesar 43%, CPDs sebesar 84%
dan up regulate ekspresi IL-12 lima kali lipat dari kelompok plasebo, tetapi tidak
menunjukkan pengaruh signifikan pada ekspresi Cu, Zn-SOD. Pada uji
tumorigenesis ETBP mampu memperpanjang survival time selama 2,2 minggu,
menurunkan insidensi sebesar 40% dan menurunkan multiplasitas sebesar 60%.
Berdasar hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak terkuantifikasi B.
xvii
pandurata mempunyai aktivitas kemoprevensi pada tumorigenesis kulit yang
diakibatkan paparan UV-B melalui kemampuan anti-inflamasi, perbaikan sistem
imun, dan melindungi dari terjadinya kerusakan DNA.
Boesenbergia pandurata extract has been known have cytotoxic effect,
anti-proliferative, apoptotic induction, antioxidant, anti-inflammatory, anti-aging
activity. These showed that the extract potential as an agent chemoprevention to
protect UVB-induced skin damage including skin cancer. This research was
carried out to examine anti-cancer effect in cancer cells-line and the protective
effect of B. pandurata extract against UVB-induced oxidative stress,
inflammation, immune suppression, DNA damage, which evaluated Cu,Zn-SOD,
COX-2, IL-10, IL-12, CPDs expression and tumorigenesis in Balb/C mice model
Boesenbergia pandurata rhizomes was collected from Bandarharjo
Kalibawang Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. The rhizomes were
extracted by maceration method using 90% ethanol. The extract was quantified
with pinostrobin as active marker using TLC scanner. In vitro assays used HeLa
cells-line and Vero cells-line as control. The cytotoxic and anti-proliferative
assays used MTT method and apoptotic induce by double staining method using
ethidium bromide and acridine orange. Experimental animals in vivo assays were
Balb/c mice 4 weeks old, which devided into 6 groups: normal control (untreated),
negative control (drinking water + UVB), vehicle (solvent of extract +UVB), and
3 group with orally administration B. pandurata extract was dose 20, 40, and 60
mg/kg BW/day and UVB. The extract was given orally at 14 days before UV
exposure (1395 mJ/cm2) until termination of the experiment. Back hair of mice
was shaved before UV-B exposure. Expression of Cu,Zn-SOD, COX-2, IL-10,
IL-12, and CPDs were observation at 0, 2, 24, 48, and 72 after UVB exposure. At
each time point (2, 24, 48, and 72h after UV exposure) three mice from each
group were sacrificed, dorsal skin of mice were necropsied. The skin samples
(3x3cm2) were fixed with 10% buffered formalin and embedded in paraffin.
Tissue sections were stained by imunohistochemical method then analyze by
image analyzer software (ImageJ). The tumorigenesis assay used chronic UVB
exposure (465 mJ/m2/day) were 60 time exposure (5 times per week),
experimental animals was observation on onset of tumor, incidence and
multiplicity.
Results of the study demonstrated of B. pandurata extract contain 0.49%
pinostrobin. The extract demonstrated activity of cytotoxic (IC50 56µg/mL), antiproliferative,
and apoptotic induce on HeLa cancer cells-line. The in vivo assay
showed that the extract had chemoprevention effect with optimum dose was
60mg/kg BW/day. It could significantly decrease COX-2 expression was 43%,
IL-10 (43 %), CPDs (84%), and increasing IL-12 fivefold from vehicle group,
while it did not show a significantly effect on Cu, Zn-SOD expression. The
protective effect of B. pandurata extract on UVB-induced carcinogenesis was
showed to increase of survival time was 2,2 month, decrease incidence was 40%
and multiplicity of tumor was 60%. The result can be concluded that B. pandurata
extract (contain 0,49% pinostrobin) has chemoprevention activity on UVBinduced
skin tumorigenesis through anti-inflammatory capabilities, recovery
immune system, and protect the DNA damage.