Kampung Laut is an area where fishing activities are done. Fishermen get profit by catching shrimp. One of the tools used is sondong. The kinds of shrimp that are widely catched in there are lime, dogol, and yellow shrimp. The important thing in catching shrimp is paying attention to its size. The suitable size for the catching is a goal in the management of good fisheries to conserve shrimp resources in water. This study aims to see the characteristics of the shrimp caught by sondong in Kampung Laut, Tanjung Jabung Timur Regency. Method used is simple random sampling, the number of shrimp samples taken is 10% of the total catch per shrimp species. The results showed that the lime shrimp taken with a sondong fishing tool in the Kampung Laut, collected 9,10-14,80 cm with a percentage of shrimp worth capturing 61%. The size of the dogol shrimp caught in the range of 8.70-14.00 cm with a percentage of shrimp worth catching 60%. The size of the yellow shrimp is around 7.50-12.00 cm with the percentage of shrimp worth catching 53%. The correlation coefficient value of lime shrimp weight length is 2.89, dogol shrimp 2.30, and yellow shrimp 2.27. The conclusion is shrimp taken with sondong fishing tool in Kampung Laut has various sizes, ranging from small to large sizes. The growth patterns of lime shrimp, dogol shrimp, and yellow shrimp showed negative allometric growth properties. Percentage of shrimp size that is catchable is greater compared to uncatchable shrimp.
Acne vulgaris atau jerawat ialah suatu penyakit kulit yang diakibatkan oleh peradangan pada folikel pilosebasea dengan struktur abnormalitas seperti komedo, pustul, papul, dan nodul. Pada suku Dayak Tunjung, daun kokang digunakan untuk menyingkirkan bercak hitam di wajah dan memulihkan sisa jerawat. Daun kokang diolah jadi bubuk dingin (pupur) untuk merawat kulit dan untuk mengobati jerawat. Riset ini bertujuan guna menguji adanya aktivitas, perbedaan, konsentrasi antibakteri ekstrak etanol, dan fraksi n-heksan daun kokang (Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Metode penelitian menggunakan kuantitatif eksperimental dengan menguji zona hambat bakteri dan uji anova dengan menggunakan sampel daun kokang (Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh), fraksi n-heksan, etanol 96% dan teknik analisis Kruskal wallis. Uji konsentrasi menggunakan ekstrak etanol 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Kontrol positif yang digunakan adalah klindamisin 0,05 gram dan kontrol negatif yang digunakan adalah etanol 96%. Hasil dari ekstrak etanol daun kokang dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% serta fraksi n-heksan daun kokang dengan konsentrasi 100% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan kategori lemah, sedangkan fraksi n-heksan daun kokang konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% tidak memiliki efek dalam membatasi bakteri Staphylococcus aureus. Ada perbedaan aktivitas antibakteri dengan menggunakan ekstrak etanol dan fraksi n-heksan daun kokang (Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.) terhadap Staphylococcus aureus. Konsentrasi minimum ekstrak etanol daun kokang (Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.) untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yaitu konsentrasi 20% dan konsentrasi minimum fraksi n-heksan daun kokang (Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.) untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yaitu konsentrasi 100%.
'/%3e%3cuse xlink:href='%23a' transform='rotate(23.036 .093 25.536)'/%3e%3cuse xlink:href='%23a' transform='rotate(45.87 1.273 16.18)'/%3e%3cuse xlink:href='%23a' transform='rotate(69.945 .996 12.078)'/%3e%3cuse xlink:href='%23a' transform='rotate(20.66 -19.689 31.932)'/%3e%3c/svg%3e)