Gregorio Gavriel Singgih

Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Author Statistics

Papers

Citation

H-Index

i-10 index

Research Trends

Author Order

Document Type

Co-Authors

Jullyanny Waty Wijaya

Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Suryanto Suryanto

Airlangga University

Anthony Ekaputra

Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Franky Mainza Zulkarnain

Antonius Ritchie Castilani

Krida Wacana Christian University

Liauw Djai Yen

Krida Wacana Christian University

Evelyn Angel Hernandes

Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Monica Adisuhanto

Felicia Gracia

Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Christian Ardianto

Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Cooperative Institutions

Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Krida Wacana Christian University

Airlangga University

Muhammadiyah University of Yogyakarta

Binus University

Nasional University

Hasanuddin University

Universitas Teknologi Indonesia

Universitas Teknologi Digital

Jenderal Soedirman University

Author Statistics

Papers

Citation

H-Index

i-10 index

Research Field

Case report: Complex perianal fistula treated with fistula laser closure (FILAC) and suction catheter

International Journal of Surgery Case Reports (2021)

Franky Mainza Zulkarnain Daniel Ardian Soeselo Suryanto Suryanto Gregorio Gavriel Singgih

A patient presented with complex perianal fistula treated with fistula laser closure (FILAC) combined with suction catheters. Male, 29 years old, presented in our department, presented with complex perianal fistula with a history of fistulectomy and tight seton for 6 months in another health facility. Intraoperative findings were a tract of 4,5 cm long, 4 external openings, and 1 internal opening. Definitive treatment of Fistula Laser Closure (FILAC) with 13-watt power laser diode produces by BIOLITEC German. The patient recovers within 6 months. Promising results have been shown by combining FILAC and suction catheter for complex perianal fistula.

Fistulectomy

10.1016/j.ijscr.2021.106085

Cite

Citations (4)

Perbandingan pemeriksaan kadar glukosa darah mandiri dengan uji laboratorium menggunakan metode baku emas

Damianus Journal of Medicine (2023)

Venna Venna Jullyanny Waty Wijaya Gregorio Gavriel Singgih Christian Ardianto

ABSTRAK Pendahuluan: Ketersediaan point of care testing (POCT) saat ini dipakai secara luas untuk melakukan pemantauan glukosa darah mandiri (PGDM) bagi pada pasien diabetes. Berbagai pilihan alat POCT meggunakan metode glukosa dehidrogenase sudah tersedia saat ini. Penelitian ini berupaya membandingkan berbagai alat POCT dengan metode heksokinase yang merupakan baku emas dari pemeriksaan glukosa darah. Metode: Subjek penelitian merupakan subjek dewasa muda dengan rentang usia 18-21 tahun, dengan kriteria eksklusi sedang sakit berat, terdapat luka pada lokasi pengambilan darah, memiliki riwayat gangguan pembekuan darah, dan hasil pemeriksaan glukosa darah >200 mg. Pengambilan sampel dilakukan secara potong lintang. Sampel yang akan diambil berupa darah kapiler yang langsung akan diujikan pada alat POCT dan sampel darah vena yang akan diuji menggunakan metode heksokinase. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan STATA versi 14.0. Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan Bland-Altman plot. Hasil: Didapatkan hasil glukosa darah POCT alat AccuChek Performa dan AccuChek Instant memiliki rerata perbedaan yang bernilai negatif dan untuk GlucoDrAuto memiliki rerata perbedaan yang lebih mendekati angka nol dibandingkan dengan alat AccuChek Performa dan AccuChek Instant. Simpulan: Metode POCT dapat membantu dalam pemantauan glukosa darah pasien, tidak dapat menggantikan metode heksokinase.

10.25170/djm.v22i2.4235

Cite

Citations (0)

Ketika Dokter Mengobati Keluarganya: Sebuah Tinjauan Etika

Jurnal Kedokteran Meditek (2023)

Anthony Ekaputra Liauw Djai Yen Antonius Ritchie Castilani Evelyn Angel Hernandes Angelina Ernestine Putri Lunita

Praktik dokter yang melakukan terapi kepada keluarga sendiri masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Indonesia belum mengeluarkan hukum terkait hal ini dan belum ada tinjauan etika yang membahas terkait permasalahan tersebut. Mengobati keluarga sendiri dianggap tidak profesional dan bertentangan dengan KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia) 2012 Pasal 2, yaitu dokter dituntut untuk menjadi profesional secara independen. Berbagai alasan yang menyebabkan dokter tidak boleh mengobati anggota keluarganya yaitu objektivitas bisa terkompromi, pasien merasa sungkan mengemukakan informasi, otonomi pasien terkompromi, dan prinsip informed consent bisa terabaikan. Situasi khusus yang memperbolehkan dokter melakukan terapi kepada keluarga yaitu penyakit tergolong minor dan emergensi. Karena berbagai pergumulan muncul dari kalangan dokter akan praktik mengobati keluarganya sendiri, oleh karena itu tinjauan ini merangkum berbagai alasan apakah dokter diperbolehkan melakukan terapi terhadap keluarga sendiri dan situasi khusus yang memperbolehkannya.

10.36452/jkdoktmeditek.v29i1.2339

Cite

Citations (0)

Laporan Kasus : Pseudotrombositopenia pada Pasien Pre-Operasi

Jurnal Kedokteran Meditek (2023)

Gregorio Gavriel Singgih Jullyanny Waty Wijaya Monica Adisuhanto

Pseudotrombositopenia didefinisikan sebagai jumlah hitung trombosit rendah palsu yang terukur oleh faktor alat analisis hematologi. Diketahui EDTA-dependent pseudotrombositopenia merupakan salah satu penyebab trombositopenia dengan prevalensi 0,1-2%. Pseudotrombositopenia yang tidak terdiagnosis dapat menyebabkan kesalahan dalam keputusan klinis. Laporan kasus ini disusun agar dapat meningkatkan kewaspadaan dalam mendiagnosis pseudotrombositopenia. Laki-laki 56 tahun melakukan pemeriksaan pre-operasi dan didapatkan adanya trombositopenia dengan jumlah trombosit 16.000/uL tanpa ditemukan adanya kelainan pada parameter koagulasi lainnya dan tidak terdapat adanya perdarahan aktif, Pada pemeriksaan morfologi darah ditemukan banyak platelet clumping. Dokter menduga adanya EDTA-dependent pseudotrombositopenia lalu melakukan pengambilan sampel darah kembali satu hari kemudian dengan menggunakan antikoagulan natrium sitrat. Sampel darah tersebut diperiksa dengan mesin hematologi Sysmex XN-550 dan didapatkan jumlah trombosit yaitu 112.000/uL. Bila dijumpai kondisi jumlah trombosit rendah / trombositopenia tanpa ada tanda klinis pendarahan yang jelas, maka perlu dipertimbangkan adanya EDTA-dependent pseudothrombocytopenia. Pemeriksaan morfologi darah tepi dan pengulangan darah lengkap menggunakan sampel darah dengan antikoagulan lainnya, yaitu natrium sitrat menjadi salah satu metode dalam menegakkan adanya EDTA-dependent pseudothrombocytopenia.

10.36452/jkdoktmeditek.v29i1.2550

Cite

Citations (0)