Along with the rapid development of herbal medicine formulas, an appropriate drug delivery system is needed to increase its bioavailability. One of them was used the phytosome. As a delivery system, it was known to be able to increase the bioavailability of phytomedicine by increasing the permeability of herbal compounds on cell membranes so the absorption of the compound will be increased. In its development, the phytosome formula was effective for delivering cytotoxic agent compounds, such as quercetin, diosgenin, icariin, tocopherol, and others. Besides, some of these formulas have also been commercialized and patented. The effectiveness and ease of manufacture have made phytosomes a promising drug delivery system in the development of cytotoxic drugs.
Latar Belakang : Kubis ungu mengandung suatu senyawa fenolik yang bisa dimanfaatkan sebagai antioksidan yang mana difungsikan untuk menangkal radikal bebas.Tujuan : Mengetahui kandungan fenolik total dan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanolik kubis ungu.Metode : Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan eksperimental. Proses kajian memakai sampel kubis ungu dari Kec. Getasan, Salatiga. Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) digunakan untuk uji aktivitas antioksidan sementara penetapan kadar total fenolik dilakukan lewat metode Folin-Ciocalteu. Data yang diperoleh diuji menggunakan analisis statistik dengan menggunakan korelasi pearson.Hasil : Kadar total fenolik sampel sebesar 51,45±0,57 mgEAG/g dan aktivitas antioksidannya cukup kuat yang dilihat dari perolehan nilai IC50 sampel sebesar 28,097 ± 0,33 μg/mL. Hasil analisis statistik pada ekstrak etanol kubis ungu dengan korelasi pearson menunjukkan korelasi negatif (-0.948) antara total fenolik dan aktivitas antioksidan fraksi etil asetat didalamnya, yang mengartikan semakin tinggi total fenolik maka semakin rendah nilai IC50 sampel (aktivitas antioksidannya semakin kuat).Kesimpulan : Fraksi etil asetat ekstrak etanolik kubis ungu mempunyai nilai total fenolik sebesar 51,45 ± 0,47 mgGAE/g dan nilai IC50 28,097±0,33 μg/mL. Semakin tinggi kandungan total fenolik dalam fraksi etil asetat ekstrak etanolik kubis ungu maka akan semakin tinggi pula nilai aktivitas antioksidannyaKata Kunci : Kubis ungu (Brassica oleraceae var. capitata L.), aktivitas antioksidan, Total Phenolic Content (TPC)
Jumlah sampah plastik semakin bertambah seiring dengan penggunaannya yang semakin meningkat. Plastik sebagai sampah yang tidak mudah terurai menyebabkan masalah jika tidak tertangani dengan baik. Lingkungan sekolah merupakan salah satu penghasil sampah plastik kemasan jajanan, termasuk disini SDN Pandean yang berada di kabupaten Magelang. Salah satu metode daur ulang sampah plastik adalah merubahnya menjadi ecobrick. Metode ini masih belum banyak diterapkan sebagai metode daur ulang sampah plastik karena masih minimnya informasi mengenai metode ini. Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi dan contoh praktek langsung pembuatan ecobrick yang dapat dibentuk menjadi benda lain yang memiliki nilai manfaat. Dari kegiatan pelatihan tersebut terlihat para siswa SDN Pandean sangat antusias karena dapat praktek langsung dalam pembuatan ecobrick dan ingin menyebarkan ke masyarakat sekitar.
Parijoto (Medinilla speciosa Blume) is one of Indonesian plant used for traditional medicine. Previous studies have demonstrated antimicrobial and cytotoxic effects of Parijoto on T47D cells. Therefore, we intended to know the antioxidant and cytotoxic activity of these fractions in 4T1 cell line (a Mus musculus mammary carcinoma). This cancer causes the greatest number of cancer-related deaths This study also investigated the correlation between antioxidant activity and cytotoxicity of Parijoto fractions. Discovering the type of correlation between antioxidant and anticancer activity of botanical extracts could relieve in screening for cytotoxic agent from natural products. The antioxidant and cytotoxic activity investigated using the Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) and 3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazolium bromide (MTT) assay methods. The result showed that ethyl acetate fraction is the higher antioxidant activity (IC50:1.77 μg/mL) and the higher cytotoxicity (IC50:133.57 μg/mL). There was a strong positive correlation (correlation coefficient=0.957) between antioxidant and cytotoxic activity in 4T1 cell line, but the correlation was not significant (p=0.188).Keywords: Parijoto (Medinilla speciosa Blume), antioxidant, cytotoxic, 4T1 cell line.
Karsinoma merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia dan di Indonesia. Salah satu
karsinoma dengan manifestasi tinggi di Indonesia adalah karsinoma nasofaring sehingga
diperlukan suatu agen biomarker untuk diagnosa dini pada karsinoma. MicroRNA merupakan
salah satu kandidat biomarker yang potensial. Dalam perkembangannya diketahui salah satu
miRNA yang berperan dalam patogensis karsinoma nasofaring adalah miR-141 yang berperan
sebagai oncomir dan dapat menekan ekspresi mRNA PTEN yang berperan dalam melakukan
defosforilasi PIP3 menjadi PIP2 sehingga Akt tidak teraktivasi dan proliferasi tidak terjadi. Selain
itu, keduanya juga berperan dalam terjadinya resistensi cisplatin.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat ekspresi miR-141 dan mRNA PTEN
pada plasma darah pasien karsinoma nasofaring dibandingkan dengan kontrol sehat serta
mengetahui hubungan dari keduanya pada plasma darah pasien karsinoma nasofaring serta
mengetahui tingkat ekspresi miR-141 dan mRNA PTEN pada pasien pre dan post terapi.
Penelitian dilakukan secara in silico untuk menganalisis prediksi interaksi miR-141 dengan
mRNA PTEN, selanjutnya dilakukan penelitian laboratoris untuk menganalisis tingkat ekspresi
miR-141 dan mRNA PTEN dibandingkan dengan kontrol sehat. Analisis ekspresi dilakukan
menggunakan qRT-PCR dengan miR-16 dan beta aktin sebagai reference gen. Analisa hubungan
miR-141 dan mRNA PTEN dilakukan melalui uji chi square menggunakan SPSS.
Hasil menunjukkan 21 sampel dari 46 sampel menunjukkan adanya ekspresi dari miR-141.
Ekspresi miR-141 mengalami kenaikan (up regulated) sebesar 1,49 (pvalue:0,075, t-test two tailed)
pada plasma darah pasien karsinoma nasofaring dibandingkan dengan kontrol sehat. Ekspresi
mRNA PTEN mengalami penurunan (down regulated) sebesar 0.65 (pvalue : 0.323, t-test two tailed)
pada plasma darah pasien karsinoma nasofaring dibandingkan dengan kontrol sehat serta terdapat
hubungan antara miR-141 dengan mRNA PTEN (pvalue : 0,001). Tidak terekspresinya miR-141 di
duga karena adanya interaksi antara pre-miR-141 (in silico) dengan EBV-miR serta tidak
tereskpresinya Dicer. Tingkat Ekspresi miR-141 sebsesar : 0,61 , pvalue: 0,09. Tingkat ekspresi
mRNA PTEN pada pasien pre dan post terapi 0,5, pvalue : 0,09.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara miR-141
dengan mRNA PTEN. Peran miR-141 sebagai oncomir dapat menekan ekspresi mRNA PTEN
pada proses pasca transkripsi. Serta dimungkinkan adanya resistensi
Cancer or carcinoma is one of the deadliest diseases in the world and in Indonesia. One
of the manifestations of carcinoma in Indonesia is nasopharyngeal carcinoma necessitating an
agent biomarker for early diagnosis of carcinoma. MicroRNA is a potential biomarker candidates.
In previous study, miR-141 acts as oncomir in nasopharyngeal carcinoma and can suppress the
expression of mRNA PTEN. Both of them have acts in cisplatin resistance.
The purpose of this study was to determine the expression profile of miR-141 and mRNA
PTEN in blood plasma of nasopharyngeal carcinoma patients compared to healthy controls and
to know the relationship of the two in nasopharyngeal carcinoma. Then, this study is determine
the expression profil of miR-141 and mRNA PTEN in patient pre and post theraphy.
The study was conducted by in silico prediction to analyze the interaction of miR-141 with
mRNA PTEN, further research laboratory to analyze the expression level of miR-141 and mRNA
PTEN compared with healthy controls. Expression analysis was performed using qRT-PCR with
miR-16 and beta-actin as reference genes. Analysis of the relationship miR-141 and PTEN mRNA
done through the chi square test using SPSS.
Results showed out of 21 sample from 46 samples showed expression of miR-141.
Expression of miR-141 increased (up regulated) of 1,49 (pvalue: 0,075, two-tailed t-test) in the
blood plasma of nasopharyngeal carcinoma patients compared with healthy controls. PTEN
mRNA expression decreased (down-regulated) of 0,65 (pvalue: 0,323, two-tailed t-test) in the
blood plasma of nasopharyngeal carcinoma patients compared with healthy controls and there is
the relationship between miR-141 with mRNA PTEN (pvalue: 0,001). Not expressed miR-141 may
be caused by the interaction between pre-miR-141 (in silico) with EBV-miR and Dicer did not
expressed. Expression of miR-141 in pre and post therapy patient is down regulated (0,61, pvalue:
0,09) and expression of mRNA PTEN in pre and post therapy is down regulated (0,5, pvalue: 0,09).
Based on the results of the study concluded that there is a relationship between miR-141
with mRNA PTEN. The role of miR-141 as oncomir can suppress the expression of mRNA PTEN
in post-transcriptional processes. Decreasing Mrna PTEN in patient pre and post theraphy may
caused by cisplatin resistance.
Pada tahun 2020, kanker menjadi penyebab kematian utama di dunia dan dalam kurung 5 tahun prevalensi kanker mengalami peningkatan di Indonesia. Kekurangan dari terapi kanker yaitu kurangnya selektif dalam mematikan sel kanker, sehingga dapat mematikan sel sehat maka dari itu pasien dapat merasakan efek samping yang cukup signifikan. Oleh karena itu, telah diteliti pencarian terapi alternatif dari daun pepaya. Tujuan dari artikel ini adalah mengetahui potensi daun pepaya sebagai antikanker. Artikel ilmiah yang dipublikasi 2010 – 2021 dari 2 database (Scopus dan PubMed) ditelaah dan didapatkan 38 artikel. Daun pepaya diketahui mengandung kandungan senyawa flavonoid, fenolat, steroid, alkaloid, terpenoid, fenolat, karotenoid, tannin, saponin, asam lemak, glikosida, glikosinalat, dan klorofil. Daun pepaya juga diketahui memiliki aktivitas antikanker terhadap kanker kulit, payudara, hepar, paru, pankreas, serviks, prostat, ovarium, mesothelioma, dan darah. Aktivitas antikanker daun pepaya dipengaruhi oleh karakteristik sel dan sampel uji. Pemilihan sel uji memengaruhi pengujian antiproliferasi, yaitu dengan doubling time yang singkat maka potensi antiproliferasi lebih tinggi. Kandungan senyawa pada daun pepaya memengaruhi aktivitas antikanker, dan perolehannya sangat berhubungan dengan pemilihan pelarut dan teknik ekstraksi yang tepat. Sistem penghantaran sampel dengan nanopartikel yang diformulasikan dengan daun pepaya juga membantu meningkatkan bioavaibilitas dari ekstrak daun pepaya, sehingga potensi antikanker meningkat.
Produk Unggulan Kawasan Desa (Prukades) merupakan salah satu program Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Sebagai salah satu upaya pengembangan desa wisata di Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Magelang, diperlukan adanya Prukades. Pembuatan Prukades ini diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan perekonomian di Desa Giriejo. Program Pengabdian Masyarakat ini bertujuan melakukan pendampingan pembuatan produk minuman herbal unggulan kepada masyarakat Desa, khususnya ibu-ibu PKK Desa Girirejo. Pendampingan dilakukan mulai tahap penggalian formula minuman herbal hingga inisiasi pemasaran dalam skala kecil. Penilaian hasil produksi dilakukan oleh konsumen, kemudian nilai yang didapat dianalisis sebagai dasar perbaikan untuk produksi produk selanjutnya. Serangkaian kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Pembuatan Produk Minuman Herbal mampu menambah pengetahuan masyarakat Desa Girirejo tentang manfaat bahan herbal, memberikan bekal keterampilan pembuatan produk minuman herbal, dan Desa Girirejo memiliki satu Prukades yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Parijoto, one of Melastomaceae family, has been known to have cytotoxic activity in HepG2, a hepatocellular cancer cell line, but with low activity. However, the ethyl acetate fraction of Parijoto gave the highest antioxidant and cytotoxic activity in 4T1. Then, purification and liposome formulation need to be carried out to increase the activity of Parijoto extract. Objective: This research aimed to study the cytotoxic activity and molecular mechanism of LEA (Liposom-Ethyl Acetate of Parijoto Fraction) in HepG2. Method: Extraction has been done by maceration, followed by partition using n-hexane, ethyl acetate, and methanol. LEA formulation was carried out by thin-layer hydration with modification and the formula was sized using a bath sonicator. Cytotoxic activity test of LEA and extract was performed in five serial concentrations (3,9 µg/mL–250 µg/mL), while the positive control doxorubicin performed in 3,9 µg/mL – 250 µg/mL by MTT assay. P53 gene expression was analyzed by using PCR-electrophoresis. Result: Results showed that LEA increased the cytotoxic activity (IC50 = 28.40 μg/ml). Furthermore, based on the electrophoresis study, LEA induced the p53 expression while the extract only did not. Conclusion: Liposome formula from ethyl acetate fraction of Parijoto extract (LEA) was able to increase cytotoxic activity and p53 gene expression was possible through the apoptotic mechanism. This shows that this formula is a promising strategy to improve the bioavailability of herbal medicines as cytotoxic agents.
Background: Parijoto, one of the melastomaceae family, has been known to have cytotoxic activity in some cancer cell lines, such as HeLa, MCF-7, and T47D. Aims: We aim to know about the selectivity of ethanol extract of Parijoto fruit in cell line HepG2, WiDr, 4T1, and Vero. Cytotoxic was determined by MTT assay. Method: Extract was added in three serial concentration three serial concentrations (125 µg/mL–500 µg/mL), while the positive control doxorubicin gives in 2,5 µg/mL – 20 µg/mL for cancer cell and 40 µg/mL -100 µg/mL for Vero cell. Results: Results showed that ethanol extract of parijoto fruit gave low activity in HepG2 and Vero cell (IC50: 250 µg/mL) and moderate activity in WiDr and 4T1 (IC50: 81,58 µg/mL and 158,72 µg/mL). Conclusion: The highest selectivity index is given in WiDr cell (SI> 3) means that the ethanol extract of parijoto fruit is a promising cytotoxic agent for colorectal cancer therapy.