Industri kecil penatu saat ini berkembang pesat. Perkembangan industri ini perlu mendapat perhatian karena pada umumnya di kalangan industri ini membuang langsung limbah sisa produksinya ke selokan atau ke badan air tanpa pengolahan terlebih dahulu. Pencemaran terhadap lingkungan dapat timbul karena air limbah yang banyak mengandung polutan berupa lemak dan senyawa organik lain yang berasal dari pakaian kotor, beberapa senyawa kimia seperti tripolyphosphat sebagai pengisi, detergen dan surfaktan yang sulit terombak secara alami di alam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tawas terhadap penurunan kadar fosfat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif terhadap limbah cair sisa pencucian pakaian di perumahan yang dibuang ke selokan dan air selokan yang mengalir sampai ke area pesawahan penduduk. Penentuan kadar fosfat menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan metode Vanadate pada panjang gelombang 410 nm. Hasil penelitian pada menunjukkan pengaruh penambahan tawas pada konsentrasi tertentu terhadap penurunan kadar fosfat.
Catatan PenerbitPolekkes Kemenkes Kendari menyatakan tetap netral sehubungan dengan klaim dari perspektif atau buah pikiran yang diterbitkan dan dari afiliasi institusional manapun.
Usaha peningkatan produksi kedelai melalui perluasan areal tanam pada lahan kering masam dinilai cukup prospektif. Untuk menunjang pengembangan kedelai pada lahan kering masam, telah dilakukan survei hama kedelai dan musuh alaminya di beberapa daerah di Propinsi Lampung pada tahun 2003. Hasil survei menunjukkan bahwa semua jenis hama utama kedelai, kecuali kumbang daun, ditemukan di Lampung dengan status kelimpahan populasi dengan daerah penyebaran yang berbeda. Hama kedelai yang berstatus sangat penting adalah Riptortus linearis, Nezara viridula, dan Piezodorus hybneri. Hama kedelai yang berstatus penting adalah Etiella zinckenella, Helicoverpa armigera, Spodoptera litura, Bemisia tabaci, Aphis glycines, dan Ophiomyia phaseoli. Hama kedelai lainnya adalah Aphis craccivora, Chrysodeixis chalcites, Lamprosema indicata, Riptortus sp., dan Plautia affinis. Ditemukan dua jenis serangga vektor virus, yaitu A. glycines dan B. tabaci. Hama yang memiliki daerah penyebaran yang sangat luas adalah R. linearis, kemudian diikuti oleh S. litura, N. viridula, L. indicata, B.tabaci, dan E. zinckenella. Musuh alami yang ditemukan adalah predator, parasitoid, dan patogen. Predator ditemukan 24 jenis, parasitoid teridentifikasi 14 jenis, dan patogen dua jenis yaitu NPV dan cendawan entomopatogen. Untuk pengembangan kedelai di Propinsi Lampung perlu tindakan pengelolaan lingkungan secara ekologis, agar hama-hama kedelai tidak menjadi penghambat produktivitas tanaman.
This research aimed to observe the difference of water management knowledge and
water conservation attitude on farmers of Natah Village and Jatiayu Village at
GunungKidul Regency, DI Yogyakarta Province. These two villages are karst area
with the calcareous soil and different topography. Natah village has a few water soil
than Jatiayu village. These differences might influence the water management
knowledge and water attitude conservation on farmers. This research was conducted
on April-Mei 2012. The method was descriptive quantitative method with 140
samples of farmers taken by simple random sampling and t test data analysis. The
result of this study was water management knowledge and water conservation
attitude of farmer at Jatiayu village was higher than Natah village. This research
concluded that Natah village with a water soil limitation did not build a better water
management knowledge and water conservation attitude. The role of GunungKidul
Regency Government is important in managing water management knowledge and
water conservation attitude on farmers especially in facing the climate change.